Al April 2012 ~ Semesta Bertasbih, mengagungkan Asma Allah SWT

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wasahlan Bikhudurikum

Photo Cube Generator

Minggu, 29 April 2012

THAHARAH


THAHARAH

( Rabu, 06 Juni 2012 )                                                                                    


من أبي هريرة. قال: لقد قيل عن رسول الله في البحر؛ "(البحر) وهذا يعني تنظيف، والذبيحة حلالا
          صدر له من قبل "اربعة"، وابن أبي  و أنه بالنسبة له، وانه وافق عليه ابن خزيمة والترمذي، (وهو الذي رواه مالك والشافعي وأحمد).
  1.       Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw di tentang laut; " (Laut ) itu artinya pembersih; bangkainya halal".
                Dikeluarkan dia oleh "Empat" dan Ibnu Abi Syaibah : dan lafazh itu baginya, dan disahkan dia oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi ; (dan diriwayatkan dia oleh Malik dan Syafi'i dan Ahmad).

KETERANGAN :
      I.     Hadits tersebut, diriwayatkan oleh beberapa banyak ahli Hadits dengan berlainan lafazh, tetapi bersamaan maksud lafazh yang tersebut itu adalah menurut riwayat Ibnu Abi Syaibah.
        II.     Tirmidzi ada yang diriwayatkan bahwa Bukhari pun mengesahkan Hadits itu.
من أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قيل للنبي محمد. "المياه حقا هو المطهر الذي لا يمكن مدنس لها من قبل أي شخص".
           أصدر في "ثلاثة"، ومرت عليه من قبل أحمد.
2.     Dari Abi Sa'id al-khudri Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW. "Sesungguhnya air itu pembersih yang tidak bisa dinajiskan  dia oleh siapapun".
                 Dikeluarkan dia oleh "Tiga", dan disahkan dia oleh Ahmad.

                                              من أبي الباهلي. قال:رسول الله قد قال: "حقا، لا يمكن للمياه أن مدنس لها من قبل أي شيء، ما عدا الاشياء التي تغير رائحة وطعم ولون أصدر ابن ماجه، وأضعف من قبل أبو حاتم.    ".            
 3.      Dari Abi Umamah al-Bahili. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : "Sesungguhnya air itu tidak bisa dinajiskan dia oleh apapun, kecuali barang yang mengubah baunya dan rasanya dan warnanya".
         Dikeluarkan dia oleh Ibnu majah, dan dilemahkan oleh Abu Hatim.

                 والبيهقي: مكيفات الهواء ما لم تو تغيير رائحة   أو طعم أو لون التي تمتلكها نجس بالنسبة له
. 4.     Dan bagi Baihaqi : Air itu pembersih kecuali jika berubah baunya atau rasanya atau warnanya dengan sebab kemasukan najis padanya.

KETERANGAN :

     I.      Menurut Qur'an ayat ke 11,  dari al-Anfal dan ayat ke 48 dari al-Furqan, bahwa air hujan itu bersih.
     II.       Tirmidzi berkata : Hadits kedua itu Hasan; dan dishahkan oleh Ibnu Ma'in dan Hazm dan hakim.
    III.      Hadits ke 2 mutlaq atau tidak berbatas, yakni, air pembersih yang dalam satu bejana, umpamanya, tidak bisa jadi najis walaupun dicampur dengan sebanyak-banyak kencing atau tahi, umpamanya. Yang demikian ini tidak bisa jadi, bahkan perlu ada pembatasnya.
              Hadits ke 3 dan ke 4 dapat dijadikan pembatasnya, walau pun demikian lemah, karena Hadits yang lemah bisa dipakai buat membatas arti yang sangat perlu kepada pembatasan.
    IV.      Perkataan KECUALI BARANG YANG MENGUBAH BAUNYA DAN RASANYA DAN WARNANYA di Hadits yang ke 3 itu maksudnya sama dengan Hadits yang ke 4, yaitu KECUALI BARANG YANG MENGUBAH BAUNYA ATAU RASANYA ATAU WARNANYA, yakni kalimat dan itu dengan arti atau.
      V.        Kalimat PEMBERSIH didalam Hadits ke 1, 2, 4, itu ialah air yang boleh digunakan buat wudlu', buat mandi janabah buat menghilangkan najis.

عن ابن عمر عبد الله بن وقال: قال رسول الله صلى الله. : أين هو الماء، فإنه ليس من أنه يحتوي على شوائب، وكلمة واحدة في؛. انه لا يصبح نجسا
          صدر له من قبل "اربعة" وانه يمر بها ابن خزيمة وابن حبان..
5.       Dari 'Abdullah bin Umar Ia berkata : Bersabda Rasulullah saw. ; Apabila adalah air itu dua qulah, tidaklah ia mengandung kotoran; dan di satu lafazh;. . . . . . . . . tidak ia jadi najis.
         Dikeluarkan dia oleh "Empat" dan di sahkan dia oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.

KETERANGAN :
       I.      Air dua qullah itu menurut mahzab Syafi'i, ialah air yang memenuhi satu tempat yang lebarnya, panjangnya dan dalamnya, masing-masing satu seperempat hasta.
      II.     Tidak satupun Hadits yang menetapkan ukuran dua qullah dengan satu seperrempat hasta seperti yang tersebut itu atau lainnya.
     III.      Maksud Hadits ini, bahwa air dua qullah itu tidak akan jadi kotor atau jadi najis lantaran termasuk atau dimasukkan padanya barang yang najis.
    IV.     Hadits dua qullah ini, walaupun ada yang mengesahkannya seperti tersebut, tetapi lebih banyak dari imam-imam terkemuka melemahkannya, lantaran sanadya mudl-tharib dan lantaran matanya pun mudl-tharib, dan lantaran mauqufnya, yakni dari Ibnu Umar sendiri, bukan dari Nabi saw.

  من أبي هريرة، قال: رسول الله وقال: دعونا لا احد منكم الاستحمام في المياه في الراحة، وهو جنب .
  صدر له من قبل مسلم.
 6.          Dari Abi Hurairah, Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Janganlah seorang dari pada kamu mandi di air yang diam, padahal ia sedang berjunub.
 Dikeluarkan dia oleh Muslim.

  وبالنسبة لأولئك من البخاري: لا واحد منكم لا يزال التبول في الماء لم يعد يتدفق، ثم كانت له الاستحمام.
 7.       Dan bagi Bukhari : Janganlah seseorang dari pada kamu kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian ia mandi padanya.

  وبالنسبة للمسلمين: (في وقت لاحق في حوض الاستحمام) منه: وأبو داود: والسماح له بالاستحمام نصبت لها.
 8.         Dan bagi Muslim : . . . . . . . . (kemudian ia mandi ) dari padanya : dan bagi Abu Dawud :. . . . . . . . . dan janganlah ia mandi janabat padanya.

KETERANGAN :
          I.    Hadits yang ke 6 melarangseorang yang berjunub mandi di air yang tidak mengalir ; Hadits ke 7 melarang seseorang kencing di air yang tidak mengalir lalu mandi di dalamnya ; Hadits ke 8 juga, menurut riwayat Abi Dawud, melarang seseorang mandi janabat di dalam air yang dikencingi itu.

RINGKASANNYA :
           a.     Dilarang mandi janabat di dalam air diam yang telah dikencingi dan yang tidak dikencingi.
           b.     Dilarang kencing di air yang diam.
         c.    Dilarang mandi janabat atau lainnya dengan air diam yang dikencingi walaupun diceduk    daripadanya.

         II.      Menurut Hadits yang pertama sampai yang ke 4 air itu tidak dapat dinajiskan dengan apapun kecuali dengan sesuatu najis yang mengubah baunya, rasanya atau warnanya.

          III.      Menurut Hadits ke 9 dan ke 11,air sisa wudlu' dan sisa mandi janabat tidak najis dan tidak kotor, bahkan boleh dipakai buat wudlu' dan mandi. Dari itu air-air yang tersebut didalam Hadits-hadits yang ke 6, ke 7 dan ke 8 tidak najis dan tidak kotor selama tidak berubah baunya, rasanya dan warnanya.

          IV.       Tetapi, oleh sebab Rasulullah saw. larang kita yang berjunub mandi di dalam air yang tidak mengalir, dan larang kita kencing di dalam air yang tidak mengalir, dan larang kita mandi dalam air diam yang telah dikencingi, dan larang kita ambil atau ciduk air yang dikencingi itu untuk digunakan mandi, maka janganlah kita larangan-larangan itu.

الشخص: لقد أصبح من أصحاب النبي عليه الصلاة والسلام. قال: رسول الله نهى عن الاستحمام الإناث (الماء) ما تبقى من الرجال، أو الرجال (حمام) مع (الماء) ولكن اسمحوا بقية النساء على حد سواء منكمشة على حد سواء.
أصدر رواه أبو داود والنسائي، والإسناد صحيح.
9.       Dari seseorang : yang telah jadi Sahabat Nabi saw. Ia berkata : Rasulullah saw larang perempuan mandi dengan (air) sisa laki-laki, atau laki-laki (mandi) dengan (air) sisa perempuan tetapi hendaklah kedua-duanya sama-sama menceduk.
Dikeluarkan dia oleh Abu Dawud dan Nasa'i ; dan isnadnya shahih.

عن ابن عباس أن النبي كان حمام (ماء) بقية ميمونة (حمام).
صدر له من قبل مسلم.
10.       Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw pernah mandi dengan (air) sisa Maimunah (mandi).
Dikeluarkan dia oleh Muslim.

ومؤلف كتاب السنن (أي التاريخ): واحدة من زوجات النبي في مكان واحد في حمام ماء، وبعد ذلك جاءت من حمام (ماء)، ثم قال: الماء حقا ليس الجنب.
و مرت عليه من قبل الترمذي وابن خزيمة.
11.       Dan bagi pengarang Sunan 1) (ada riwayat) : Seorang dari isteri-isteri Nabi saw mandi disatu tempat air, lalu ia 2)datang hendak mandi dari (air) itu, maka ia 3) berkata : Sesungguhnya air tidak bisa menjunubkan.
dan disahkan dia oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.

KETERANGAN :
          I.    Hadits ke 9 itu sungguhpun disahkan, tetapi tentang sahnya ada perselisihan antara ulama Hadits. Dari itu boleh dia alasan, terutama ia berlawanan dengan Hadits-hadits ke 10 dan ke 11 dan menegaskan bahwa Rasulullah saw ada pernah mandi dengan air bekas isterinya mandi.
          II.    Air tidak bisa MENJUNUBKAN itu artinya : Air bekas orang mandi junub itu tidak bisa membikin orang lain berjunub.

Penjelasan Hadits ke 9 :
           I.    Dikatakan bahwa tentang sahnya ada perselisihan. Sebenarnya riwayat itu sudah sah dan dianggap tidak bertentangan apabila "larangan" dalam riwayat itu dipakai dengan makna "makruh" dalam hal kebersihan. (A.Q)

1)    Sunan    : Pengarang Sunan maksudnya ahli-ahli Hadits yang mempunyai kitab Hadits dengan nama SUNAN Baihaqi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abi Dawud, Sunan Nasa-ie, Sunan Daraquthny, Sunan Darimy (A.Q)
2)     Ia    : Ia Nabi saw.    3)   Ia   : Seorang dari isteri-isteri Nabi saw.

من أبي هريرة. قال: رسول الله قد قال: تنظيف السفينة شخص من أنت، إذا كان (الماء) يمسح من قبل الكلب، غير أنها كانت غسيل لها سبع مرات، الأولى (مختلط) على سطح الأرض.
صدر له من قبل مسلم، واحد يقول له: دعه إلقاءه، والترمذي: نهاية أو أول (مختلط) مع التربة
12.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Bersihnya bijana seseorang daripada kamu, apabila (airnya) dijilat anjing, ialah bahwa ia cuci dia tujuh kali, yang pertamanya (dicampur) dengan tanah.
Dikeluarkan dia oleh Muslim, dan pada satu lafazh baginya : hendaklah ia buang dia 1) ; dan bagi Tirmidzi : yang akhirnya atau yang auwalnya (dicampur) dengan tanah.

KETERANGAN :
        I.    Ringkasnya, apabila anjing menjilat air didalam bijana kita, hendaklah kita buang airnya dan kita cuci bijana itu 7 kali, yang pertamanya atau yang akhirnya dicampur tanah : tetapi riwayat campur tanah di kali yang pertama, lebih kuat.
        II.    Di dalam Hadits itu Rasulullah saw, sebut "walagha", artinya : menjilat air, yakni minum dengan menjilat seperti kucing, anjing, harimau, serigala dan sebangsanya ; dan tidak dipakai "walagha" jika tidak di air atau barang cair.
        Dari itu, tidak ada kewajiban mencuci barang-barang kering yang dijilat oleh anjing, karena jilat di barang-barang kering, di dalam bahasa Arab disebut "jahatsa", bukan "walagha".
        III.    Kalau anjing menjilat barang-barang pekat (kental) dan makanan, maka hendaklah kita buang bekas jilatan itu.

من أبي قتادة هوذا النبي، وقد قال عن القط، وأنه نظيف، وأنه فقط جزئيا المخلوقات التي تحيط بك.
إزالة من قبل "اربعة" ومرت عليه من قبل الترمذي وابن خزيمة
13.    Dari Abi Qatadah : Bahwasanya Rasulullah saw, telah bersabda tentang kucing ; bahwasanya ia tidak najis ; hanya ia sebahagian makhluk-makhluk yang mengeliling kamu.
Dikeluarkan dia oleh "empat" dan disahkan dia oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.

عن مالك بن أنس. وقال: إنه قد حان الجبال شخص العربي، ومن ثم التبول في زوايا المسجد، ثم وبخ له الناس مشغول، ولكن الرسول الكريم. سمح لهم: ولكن عندما انتهى تبول، وأمر النبي (الناس) واتخاذ دلو ومن ثم صب الماء (بول) عليه.
وافق آلائه.
14.    Dari Anas bin Malik. Ia berkata : Telah datang sesorang Arab gunung, lalu kencing di satu penjuru masjid, maka orang ramai meneking dia, tetapi Nabi saw. larang mereka : maka tatkala selesai ia kencing, Nabi saw suruh (orang) ambil setimba air lantas curahkan atas (kencing) itu.
Muttafaq 'alaih.

ابن عمر، قال: رسول الله قد قال: إنه يجوز لنا على حد سواء القتلى واثنين من الدم. الذبيحة هي على حد سواء مخطط والأسماك، وأما الدم اللذين هو القلب والقلب.
صدر له من قبل أحمد وابن ماجه، وهناك عيوب لذلك.
15.    Dari Ibnu Umar, Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Telah dihalalkan untuk kita berdua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai itu ialah belang dan ikan ; dan adapun dua darah itu ialah hati dan jantung.
Dikeluarkan dia oleh Ahmad dan Ibnu Majah ; dan padanya ada kelemahan.

KETERANGAN :
        I.    Hadits ke 15 ini ada kelemahan didalam sanadnya. Lantaran itu, tidak boleh dipakai buat jadi alasan ;
        II.    Diantara ikan-ikan ada yang mempunyai darah yang mengalir kalau dilukai atau disembelih, dan ada yang tidak ; dua macam ikan itu halal bangkainya dengan alasan Hadits ke 1, dan dengan alasan riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah saw. turut makan ikan besar yang telah didapati oleh shahabat-shahabat ditepi laut di dalam keadaan sudah mati.
        III.    Benda-benda makanan yang diharamkan kepada kita, menurut Qur'an al-Maidah 3 ; al- Baqarah 173 ; an-Nahl 115 ; al-An'am 145 ; hanya empat : bangkai, darah, babi dan suatu yang disembelih bukan karena Allah. selain dari itu, semuanya halal dimakan.
semua binatang-binatang, selain babi dan yang disembelih bukan karena Allah halal dimakan.
        IV.    Di antara binatang-binatang ada yang berdarah mengalir, dan ada yang tidak, seperti belalang, kodok, dan yang seumpama.
        Kita sudah tahu, bahwa binatang-binatang yang berdarah mengalir itu, perlu disembelih. Adapun binatang-binatang yang tidak berdarah mengalir, tidak terdapat keterangan wajib disembelih atau pernah disembelih oleh Nabi saw., shahabatnya, atau lainnya.
        Selain dari kita sama-sama maklum, bahwa Rasulullah saw adalah memakan daging yang dibakar atau dimasak ; demikian juga buah-buah. Kita maklum pula bahwa pada umumnya daging-daging dan buah-buah ada mengandung kutu-kutu, hama-hama atau binatang -binatang kecil yang tidak bisa dilihat melainkan dengan teropong pembesar, dan diantara hama-hama itu tentu ada yang telah mati lantaran kena cahaya matahari, api atau air panas ; ini berarti Rasulullah saw. ada memakan bangkai-bangkai dan memakan binatang-binatang dengan tidak disembelih.
        Apabila bangkai ikan yang sebahagiannya ada mempunyai darah, yang mengalir dbolehkan memakannya dengan tidak disembelih, maka lebih utama lain-lain binatang yang tidak berdarah mengalir.
        Dari itu semua, tidak ada alasan buat melarang kita memakan bangkai-bangkai binatang yang tidak mempunyai darah mengalir.
        Bisa jadi ada orang berkata bahwa Rasulullah saw makan hama-hama itu lantaran tidak melihat dan tidak tahu. Kita jawab, bahwa sangat bisa Rasulullah saw., tahu demikian dengan wahyu dari Allah yang menjadikannya, dan tidak ragu-ragu, bahwa Allah tahu adanya hama-hama di dalam benda-benda yang dimakan oleh Rasulullah saw., tetapi Ia tidak mengharamkannya.
        Dari sekalian itu, bisa kita ambil keputusan, bahwa bangkai yang diharamkan didalam ayat Qur'an itu, ialah bangkai binatang-binatang yang mempunyai darah mengalir.

من أبي هريرة. قال: رسول الله قد قال. : إذا شملت، بما في ذلك حظر الطيران في الشراب لشخص من أنت، واسمحوا له الغوص لها، ثم انها رمي له، لأنه في أحد جناحيه لا توجد مقدمي العروض وغيرها من الأمراض.
أصدر البخاري وأبو داود، ويضيف قائلا: والواقع أنه حفظ نفسه مع جناحيه تحت تصرفه هذا المرض.
16.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila termasuk termasuk lalat di dalam minuman seseorang daripada kamu, maka hendaklah ia selamkam dia, kemudian ia buang dia, karena disalah satu sayapnya ada penyakit dan dilainnya ada penawar.
Dikeluarkan dia oleh Bukhari dan Abu Dawud, dan ia tambah : dan sesungguhnya ia menjaga diri dengan sayapnya yang ada padanya penyakit.

KETERANGAN :
        I.    Lalat yang jatuh di air, menjaga diri dengan mendayungkan sayapnya yang beracun.
        II.    Ada yang berkata : Dokter-dokter sudah periksa dua-dua sayapnya tetapi tidak terdapat racun dan tidak penawar.

Kita jawab :
        Paling tajam teropong pembesar yang ada sekarang ialah 1 :1.000.000, yakni dengan teropong hama, sesuatu benda bisa dibesarkan penglihatan semiliun kali ; dan tidak mustahil akan ada nanti teropong yang tajamnya beberapa kali dari yang sudah ada ; dan tidak mustahil manusia akan dapatkan lain-lain alat yang bisa membuktikan Hadits itu.

        Dahulu,  kita idak dapat memikirkan mengapa bekas jilatan anjing  di air itu diperintah kita mencucinya tujuh kali yang salah satunya dengan air tanah, tetapi sekarang orang-orang sudah dapat tahu adanya hama-hama di air liur anjing.

        Kita tidak boleh bersombong dengan alat-alat dan perabot-perabot yang ada masa ini ; kita perlu ingat, bahwa dibeberapa tahun yang lalu, sebagian daripadanya belum ada.

من الفتوة العيتي أبي. وقال: إن النبي قد قال: وهناك قطع من الحيوان، وعندما كان على قيد الحياة، كان قد فارق الحياة.
أصدر رواه أبو داود والترمذي، وقال انه يترجم لها ولكنهم يقولون انه بالنسبة له
17.    Dari Abi waqid al-laitsi. Ia berkata : Telah bersabda Nabi saw : Suatu yang dipotong dari binatang, padahal ia masih hidup, maka ia itu bangkai.
Dikeluarkan dia oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia hasankan dia tetapi lafazh itu baginya.

KETERANGAN :
        Sesuatu bahagian anggauta atau daging yang dipisahkan dari seekor binatang yang masih hidup itu dipandang sebagai bangkai.
--------------------------------------




Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)

    

Jumat, 27 April 2012

MUQADDIMAH


بــــــــســم الله الرحمن الرحــيــــــــم
( Jum'at, 27 April 2012 )
MUQADDIMAH

         
         BULUGHUL-MARAM MIN ADILLATIL-AHKAM, karangan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani adalah suatu kitab fiqh yang kecil berdasar sunah Rasulullah SAW.
        Di abad yang akhir ini, kitab tersebut kedengaran terpakai dimana-mana dan di indonesia pun tidak ketinggalan, terutama diantara pelajar-pelajar di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren.
      Tetapi, kitab itu disusun oleh pengarangnya seolah-olah untuk orang-orang yang sudah tau 'ilmu Mush-thalahul Hadits, 'ilmu Ushululfiqh, dan sudah mahir di dalam urusan fiqh dan Hadits.
           Saya katakan demikian, karena di beberapa bab terdapat Hadits-hadts yang tampaknya berlawanan. Hadits yang shahih dan yang lemah, hingga tidak mudah bagi orang yang tidak berpengalaman, mengambil faidah daripadanya.
        Oleh sebab di bahasa Indonesia belum ada satu kitab fiqh berdasarkan unnah mengandung juz-juz ibadah, Mu'amalah Munakahah, jinayah yang sederhana, sedang beberapa ikhwan dari guru-guru minta saya terjamahkan BULUGHUL-MARAM dengan terjamahkan yang mudah difaham artinya, dengan penerangan yang menggampangkanpembaca mengerti maksudnya dengan menjelaskan cara-cara memakai Hadits-hadits yang bertentangan dan lain-lain yang perlu dengan kitab itu, maka sungguhpun pekerjaan tersebut berat, tetapi saya telah coba, dan Alhamdulillah telah berhasil.
           Di dalam pendahuluan ini saya hendak terangkan beberapa fashal yang ringkas-ringkasnya yang patut diketahui oleh pembacayang belum biasa dengan urusan Hadits, Ushulul fiqh dan istilah-istilah yang terpakai dalam kitab ini.

Sumber: BULUGHUL MARAM
Oleh : A.HASSAN
Diterbitkan atas Kerjasama antara CV. PUSTAKA TAMAAM
dengan PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL



Kamis, 26 April 2012

DALAM HATI TERSIMPUL CINTA



( Minggu, 10 Juni 2012 )                                                                               
  ஜ۩۞۩ஜ•.~***~DALAM HATI TERSIMPUL CINTA~***~.•ஜ۩۞۩ஜ

... • ...…* ♥ (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*
... . بــــــــســم الله الرحمن الرحــيــــــــم
... السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

CINTA. Cerita biasa muda-mudi dan remaja. Fitrah manusia ingin mencintai juga dicintai. Adam membutuhkan Hawa, Hawa membutuhkan Adam.
Namun, fitrah perlu dilapisi iman, hati perlu disiram dzikir, agar ia tumbuh subur dan memberi ketenangan serta ridha Allah yang utama. Jika tidak bijak dan sabar menjaga kemudi hati, pasti tersungkur pribadi dan runtuhlah pertautan dua hati, tiga hati atau banyak hati. Cinta yang didamba hingga ke penghujung, hanya bertahan di pertengahan, terkulai dimakan usia cinta dosa yang dibelai.

Dalam hati tersimpul cinta,
Bagai dunia aku yang punya,
Sungguh sulit mendefinisi bahagia,
Hanya yang merasa memahaminya.
Mengayam cinta bertakhtakan iman. Cinta adalah perkataan yang indah dan suci sekiranya takwa menjadi benang dalam menyulam cinta.
innallahamaashshobirrin.blogspot.com


Falsafah cinta menyebut :
Kita tidak sempurna tetapi pernikahan menyempurnakan kita
Dalam menapak menaiki tangga menuju gerbang pernikahan, rencana dan persediaan perlu dikemas & disusun. Sesungguhnya, yang paling sukar adalah persediaan jiwa. Jiwa perlu bersih, kuat, jernih dan suci untuk melangkah ke alam yang baru ini.
Apabila si taruna dan dara diijabqabulkan maka terbinalah rumahtangga. Mungkin inilah tafsiran kebanyakan orang apabila ditanyakan maksud rumahtangga. Islam melihat rumahtangga lebih dari itu. Bahkan Islam merupakan sistem keluarga. Islam memandang rumahtangga sebagai tempat perlindungan, pertemuan dan kediaman. Di bawah naungan rumahtangga, berlaku pertemuan antara hati-hati yang ditegakkan di atas tunjang kasih mesra, saling simpati, saling melindungi, saling berbudi, juga ditegakkan di atas lunas menjaga dan memelihara kesucian diri. Di bawah lindungan rumahtangga juga lahirlah anak-anak dan dari rumahtangga menjaga tali hubungan kasih sayang.
Al-Quran menggambarkan rumahtangga dengan gambaran yang halus dan lembut, gambaran hubungan yang terpancar darinya rasa kasih mesra. Gambaran hubungan yang memperlihatkan bayang yang teduh dan embun-embun yang basah, dan gambaran hubungan yang melepaskan aroma-aroma yang semerbak harum.
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu, pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikannya antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir.”
(Surah Ar-Ruum: 21)
Itulah hubungan antara jiwa dengan jiwa, hubungan ketenteraman dan kemantapan, hubungan kemesraan dan kasih sayang, malah dari ungkapan kata-kata Al-Quran itu sendiri kita dapat merasakan perasaan kerinduan dan kemesraan.
Rasulullah s.a.w. ada bersabda yang bermaksud:
“Wahai para pemuda! Barangsiapa antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi kehormatan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa (shaum), kerana puasa itu dapat membentengi dirinya”.
(Hadith Sahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi)
Cinta semata-mata tidak akan mampu mempertahankan keharmonian rumah tangga. Pernikahan diawali oleh cinta tetapi disempurnakan oleh tanggungjawab. Cinta itu satu rasa yang berasaskan perasaan. Perasaan tanpa kekuatan jiwa dan kematangan berfikir akan goyah apabila mendapat ujian. ‘Perasaan’ adalah hamba yang baik tetapi tuan yang sangat buruk. Justru, jika ingin selamat, pastikan perasaan ‘bekerja’ untuk kita, bukan sebaliknya.
Akan tiba masanya, sesuatu yang dilihat indah dahulu tidak indah lagi kini. Jika hanya bergantung kepada perasaan, cinta akan pudar. Pada ketika itu cinta memerlukan tanggungjawab dan tanggungjawab menuntut satu kepercayaan. Ketika cinta mulai goyah di pentas rumahtangga, tanggungjawab akan datang menyelamatkan ‘pertunjukan’ dengan peranan yang lebih berkesan.
Islam adalah agama cinta. Dan mukmin tidak merasakan manisnya iman sehingga dia merasakan hangatnya cinta.
Kehangatan cinta kepada Allah, Rasulullah s.a.w, dan cinta insani semata-mata karena Allah.
_________________

Semoga bermanfaat.







PERNIKAHAN SEBAGAI SATU IBADAH


( Kamis, 26 April 2012 )

ஜ۩۞۩ஜ•.~***~PERNIKAHAN SEBAGAI SATU IBADAH~***~.•ஜ۩۞۩ஜ

... • ...…* ♥ (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*
... . بــــــــســم الله الرحمن الرحــيــــــــم
... السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Amal ibadah bukan sekedar melaksanakan rukun Islam saja. Pernikahan juga merupakan suatu ibadah kepada-Nya. Nafsu syahwat atau naluri seks adalah suatu naluri semula jadi di dalam diri manusia, sama dengan nafsu makan dan minum. Sebab itu ia tidak perlu dibuang atau dihapuskan tetapi hanya perlu dipimpin dan disalurkan dengan sebaiknya. Pernikahan adalah suatu peraturan untuk mengatur nafsu kelamin di kalangan manusia. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud. “Sesiapa yang menikah sesungguhnya di telah memelihara sebagian dari agamanya.”
Hukum menikah terbagi empat yaitu wajib, haram, sunat dan makruh. Wajib ialah apabila seseorang itu berkemampuan fisik dan mental serta bimbang jika dirinya akan terjerumus ke lembah maksiat dengan melakukan zina. Ia bertepatan dengan sabda baginda Rasulullah, “Wahai sekalian pemuda, sesiapa di antara kamu yang sanggup menikah, maka hendaklah dia menikah, maka sesungguhnya menikah itu menghalang pandagan yang haram dan memelihara kemaluan. Maka sesiapa yang tidak sanggup berbuat demikian hendaklah dia berpuasa kerana puasa itu adalah perisai baginya.”
 



Hukum sunat apabila seseorang yang mempunyai kemampuan dan kesanggupan dan sanggup pula memelihara diri dari melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Islam melarang orang yang sengaja hidup membujang. Sabda baginda lagi, “Nikahilah olehmu wanita yang bersifat penyayang dan subur maka sesungguhnya pada hari Kiamat kelak aku bermegah-megah dengan banyaknya bilangan kamu (umatnya).”
Hukum makruh pula apabila seseorang yang tidak mampu dari segi zahir dan batin. Manakala menjadi haram apabila seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menikah tetapi akan menimbulkan bahaya kepada bakal isterinya seperti seorang lelaki yang menikah dengan tujuan untuk menyakiti calon isterinya. Maka perkahwinan itu hukumnya haram.


Sumber: Muslimah, Bil. 228, Safar – Rabiul Awal 1432

Jangan Suka Membuang Bom di Sembarang Tempat


( Kamis, 26 April 2012 )

ஜ۩۞۩ஜ•.~***~Jangan Suka Membuang Bom di Sembarang Tempat~***~.•ஜ۩۞۩ஜ

... • ...…* ♥ (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*
... . بــــــــســم الله الرحمن الرحــيــــــــم
... السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Pembaca yang budiman -semoga dirahmati Allah-,
Mungkin kita sama-sama telah membaca Harian Fajar tanggal 3 Maret 2007 halaman 11, yang memuat tentang pernyataan resmi dari Polda Makassar, bahwa ada enam kelompok yang disinyalir sebagai kelompok teroris. Berita tersebut mengingatkan kita peristiwa enam tahun silam, yaitu peledakan Mall Ratu Indah, Makassar. Ini disebabkan karena ada segelintir pemuda kaum muslimin yang “buang bom sembarang tempat!!!” Seharusnya bom itu dibuang dan diledakkan di medan jihad, justru dibuang dan diledakkan di negeri kaum muslimin sendiri. Mereka terlalu bersemangat dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, namun tidak dilandasi oleh ilmu, sehingga justru lebih banyak kerusakan yang ditimbulkan daripada manfaat. Oleh karena itu, pada edisi kali ini kami akan memaparkan beberapa kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut.
  • Membunuh Diri
Dalam rangka “jihad” memerangi Amerika dan sekutunya, sekian banyak aksi peledakan dan bom bunuh diri terjadi di negeri-negeri kaun muslimin yang dilakoni oleh sebagian pemuda yang tak berbasis ilmu yang kuat. Akibatnya, korban berjatuhan dari kalangan warga sipil muslim sendiri. Padahal Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah melarang seorang muslim membunuh dirinya sendiri di dalam firman-Nya:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sungguh Allah maha penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa`: 29)
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- telah memperingatkan:
من قتل نفسه بحديدة فحديدته في يده يتوجأ بها في بطنه في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا ومن شرب سما فقتل نفسه فهو يتحساه في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا ومن تردى من جبل فقتل نفسه فهو يتردى في نار جهنم خالدا مخلدا فيها أبدا
“Barang siapa yang membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka besinya itu akan berada ditangannya. Dia akan menikam perutnya dengan pisau itu didalam neraka dalam keadaan kekal didalamnya selama-lamanya. Barang siapa yang menenggak racun, lalu ia membunuh dirinya dengan racun itu, maka ia akan meminumnya sedikit-demi sedikit dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal di dalamnya selama-lamanya. Barang siapa yang menghempaskan dirinya dari gunung sehingga dia membunuh dirinya, maka dia akan terhempas dalam neraka dalam keadaan kekal di dalamnya selama-selamanya.” [Muslim dalam Shohih-nya (109)]
Ini adalah perbuatan yang konyol -bukan jihad-. Perbuatan ini tidaklah mendatangkan kemaslahatan bagi Islam, karena bila seandainya dia membunuh dirinya dan membunuh 10 orang atau 100 orang atau 200 orang, maka hal tersebut tidak akan bermanfaat bagi Islam dan tidak membuat manusia ber-Islam. Malah membuat orang lari dari Islam. Karena itulah, perbuatan ini tidak dapat dibenarkan, dan menyebabkan pelakunya diazab di neraka, dan orang yang bunuh diri dengan cara yang seperti ini bukanlah mati syahid. Jika seorang mau berdakwah dan mengajak orang-orang kafir masuk ke dalam Islam, maka dakwahilah mereka dengan cara hikmah, bukan dengan cara emosi dan membabi buta yang mencoreng citra Islam dan kaum muslimin.
  • Membunuh Seorang Muslim
Jika kita memperhatikan orang-orang yang menjadi korban pemboman, maka kebanyakannya adalah kaum muslimin sendiri. Duhai, sungguh celakanya orang yang membom ini…! Karena Allah telah mengancamnnya di dalam firman-Nya:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”. (QS. An-Nisa`: 93)
Lihatlah pembaca yang budiman! Allah mengancamnya di dalam ayat ini dengan neraka jahannam dan tidak sampai disitu saja, bahkan ia kekal di dalamnya, Allah murka kepadanya, mengutuknya dan menyediakan siksa yang pedih baginya. Ini baru satu orang muslim, bagaimana lagi jika yang dibunuhnya adalah puluhan sampai ratusan orang muslim? -Nas alulllaha ‘afiyah wassalamah-
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَزَوَالُ لدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Sungguh hancurnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada membunuh (jiwa) seorang muslim”. [HR. At-Tirmizy dalam As-Sunan (1399), An-Nasa’iy dalam As-Sunan (7/82), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (2393), dan lain-lain. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ghoyatul Maram (4390)]
Mereka berteriak ketika kaum kuffar AS dan sekutunya membantai jutaan kaum muslimin dengan mengatakan bahwa nyawa seorang muslim itu sangat mahal di sisi Allah. Namun di sisi lain mereka sendiri ternyata juga turut menumpahkan darah kaum muslimin. parahnya lagi kesalahan tersebut berusaha ditutupi dan dibenarkan dengan berjuta dalih: “Ini kan jihad”, “Mereka adalah Mujahid”, “Mereka adalah penghuni surga”, dan “Mereka mati syahid”. Padahal orang-orang yang melakukan aksi teror tersebut adalah orang-orang yang mati konyol, diancam oleh Allah dengan neraka Jahannam. Bagaimana mereka dianggap mati syahid ??!
  • Membunuh Kafir Musta’man
Pembaca budiman, ketahuilah bahwa tidak semua orang kafir boleh dibunuh di dalam syariat agama kita, karena sesungguhya orang kafir itu ada empat:macam, yaitu:
    • kafir dzimmy
Mereka adalah orang kafir (penduduk asli) yang membayar jizyah (upeti) yang dipunguti tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin. kafir, seperti ini tidak boleh dibunuh selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepada mereka. Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya adalah hadist Al-Mughirah bin syu’bah -radhiyallahu ‘anhu-, beliau berkata,
“Kami diperintah oleh rasul robb kami -Shollallahu ‘alaihi wasallam- untuk memerangi kalian sampai kalian menyembah Allah satu-satunya atau kalian membayat jizyah ”.[HR.Al-Bukhary dalam Ash-Shohih (3158)]
    • kafir mu’ahad ,
Mereka adalah orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati. Orang kafir seperti ini juga tidak boleh dibunuh, sepanjang mereka menjalankan kesepakatan yang telah dibuat. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
من قتل معاهدا لم يرح رائحة الجنة وإن ريحها توجد من مسيرة أربعين عاما
Siapa yang mebunuh kafir mu’ahad, ia tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan 40 tahun . [HR. Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (3166), An-Nasa’iy dalam As-Sunan (8/25), dan Ibnu Majah (2686)]
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Ingatlah, siapa yang menzholimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya, membebani diatas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya, tanpa keridoan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat [HR Abu Daud dalam As-Sunan (3052) dan Al Baihaqy (9/205). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (445)]
    • kafir musta’man
Mereka adalah orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir jenis ini juga tidak boleh dibunuh, sepanjang masih berada dalam jaminan keamanan. Dalilnya, firman Allah -Ta’ala-,
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, Kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak Mengetahui.””. (QS. At-Taubah: 6)
d. kafir harby
Mereka adalah kafir selain yang tiga di atas. kafir jenis inilah yang disyariatkan untuk diperangi dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syariat Islam. Mengapa harus diperangi? Karena mereka memerangi Islam.Demikianlah ketentuan syariat Allah.
Namun orang kafir harbiy yang masuk ke negeri kaum muslimin dengan jaminan keamanan dari pemerintah muslim berubah statusnya menjadi kafir musta’man, haram untuk diperangi selama dalam perlindungan. Mereka (para pembom) ini tidak peduli lagi dengan syariat Allah dalam hal ini. Padahal pada saat yang sama, mereka selalu meneriakkan, “Ayo tegakkan syari’at Islam”. Namun untuk kali ini, mereka injak-injak sendiri slogan-slogan tersebut. Akibatnya, semua orang kafir sah dan halal darah dan hartanya; perang dan pembunuhan terhadap mereka boleh dilakukan kapan dan di mana saja!! Wahai Pembaca yang budiman, tentunya ini merupakan sikap serampangan yang menyelisihi Al-Kitab, Sunnah, dan tuntunan para ulama’.
  • Menzholimi Orang Lain
Allah -‘Azza wa Jalla-, Pencipta kita telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Nya dan hamba-hamba-Nya sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Qudsiy, Allah berfirman,
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتُهُ بيَنْكَمُْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
“Wahai segenap hamba-hamba-Ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan hal tersebut sebagai perkara yang haram antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzholimi”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2577) dari Abu Dzar -radhiyallahu ‘anhu-)
Dalam berbagai nas, baik Al-Qur’an, maupun sunnah, telah diterangkan bahwa perbuatan zhalim tidak pernah membawa kebaikan bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menyatakan dalam berbagai ayat tentang bahaya perbuatan zholim. Diantaranya, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zholim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. dan adalah setan ti tidak mau menolong manusia.”. (QS. Al-Furqan: 27 - 29 )
وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آَخَرِينَ
“Dan berapa banyak penduduk negeri yang zholim yang telah kami binasakan, dan kami adakan setelah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya)”. (Al-Anbiya`: 11)
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- juga mengingatkan:
اِتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat” [HR. Al-Bukhary dalam Shohihb-nya(2447), Muslim dalam Shohih-nya (2579), dan At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2035) dari sahabat Ibnu Umar -radhiyallahu ‘anhu-]
Inilah beberapa kerusakan dan pelanggaran yang ditimbulkan oleh “aksi buang bom sembarang tempat!!!” Sebenarntyamasih banyak lagi kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan ini yang belum sempat kami paparkan seperti mencoreng citra Islam, membuat kaum muslimin jadi takut, mengadakan kerusakan di muka bumi, menjadikan orang-orang yang komitmen terhadap agamanya sebagai bahan cercaan dan celaan, merusak harta benda yang terjaga dan dilindungi dalam syariat, dan masih banyak lagi.
Wahai saudaraku, wahai para Pengangkat bendera “jihad”, pernahkah engkau bertanya pada dirimu, “Apakah termasuk jihad, menumpahkan darah kaum muslimin??! Apakah termasuk jihad, menghalalkan darah orang-orang yang haram untuk dibunuh dan? Apakah merupakan jihad menghancurkan harta benda kaum muslimin? Apakah engkau telah berjihad membenahi dirimu dalam mempelajari ilmu dan mengamalkannya? Sudahkah engkau berjihad mengikuti Al-Qur’an dan sunnah? Apakah engkau telah mengikuti Al-Qur’an dan sunnah, walaupun menyelisihi hawa nafsumu. ketahuilah saudaraku, jihad di jalan Allah bukanlah untuk pelampiasan dan pemuas hawa nafsu, namun dia adalah ibadah yang sangat agung dan salah satu simbol agama yang suci. Ingatlah, memperbaiki masyarakat adalah tanggung jawab bersama, sebarkan ilmu syari’at Islam di tengah ummat, tegakkan hukum Allah, dan jauhilah segala sebab kerusakan dan kehancuran”.
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 11 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan hubungi alamat di atas. (infaq Rp. 200,-/exp).
http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/%E2%80%9Cjangan-buang-bom-sembarang-tempat%E2%80%9D.html