Al Juni 2012 ~ Semesta Bertasbih, mengagungkan Asma Allah SWT

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wasahlan Bikhudurikum

Photo Cube Generator

Sabtu, 30 Juni 2012

JALAN LURUS BERTEMU JODOH





    Dalam dunia cinta ada dua jalan, jalan pertama adalah jalan pintas dan berliku, mudah bertemu kekasih, sering putus nyambung, pengennya jalan pintas namun justru penuh lubang dan berkelok-kelok. Kedua adalah jalan lurus, tidak mengenal pacaran, istilah "malam minggu yang kelam" hidup terasa hampa tanpa seseorang disamping kita, tidak banyak jalan yang berliku yang dilalui. Sunyi, sepi dalam kesendirian.

     perbedaan diantara dua jalan terlihat kontras, jalan berliku biasanya penuh warna sedang jalan lurus warnanya kelabu namun keduanya sama-sama bertemu pada titik garis finish yaitu bertemu dengan jodoh. Meski jalan yang ditempuh sama-sama bertemu dalam titik yang disebut dengan jodoh keduanya memiliki pondasi yang berbeda. Ketaatan untuk berada di jalan yang lurus, dijalan yang sudah ditetap oleh ALLAH SWT akan cenderung kuat dan kokoh, orang yang tergesa-gesa memilih jalan pintas dan berliku justru pondasinya rapuh.

     Pilihlah jalan lurus sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "suatu rumah tangga akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan manakala dipenuhi pilar-pilarnya. Jika ALLAH SWT menghendaki suatu rumah tangga itu baik, maka Allah akan memudahkan terciptanya keadaan-keadaan sebagai berikut, Pertama, ada kecenderungan kepada agama di dalam rumah tangga itu. Kedua, yang muda menghormati yang tua. Ketiga, di dalam kehidupan sehari-hari mereka bergaul secara lemah lembut. Keempat, sederhana dalam membelanjakan harta. Kelima, mau interospeksi sehingga mereka mudah bertaubat. (H.R. Dailam).

Yaa ALLAH Yaa Rabb ..... 
Hambamu ini kan bicara tentang sedikit rasa cinta yang terselip dalam anganku, meskipun Hambamu tahu Engkau telah mengetahui terlebih dahulu.
 
Yaa ALLAH Yaa Rabb ..... 
Masih lekat dalam ingatanku teringat akan segala dosa - dosa ku, akan perbuatan ku yang berlebihan dan melampaui batas kewajaran , penuh kesombongan , di tengah gurun kemunafikan dan kepalsuan serta kelalaian.

Yaa ALLAH Yaa Rabb..... 
Sulit rasanya untuk bisa menjadi hamba-Mu yang terpilih , ditengah kesombongan dan keangkuhan , serta ke aku-an dalam diri. Hanbamu ini sungguh ingin menjadi seperti mereka yang Engkau Ridhai dan Engkau Berkahi , bersama dengan semua makhluk Mu yang taat dan selalu patuh kepada Mu, bertasbih kepada Mu , mengagungkan nama Kebesaran Mu.
 

Yaa ALLAH Yaa Rabb..... 
hilangkanlah segala penyakit yang ada dalam hati ku , sempurnakanlah Iman ku , berilah petunjuk kepada ku , sebagaimana mereka yang telah engkau beri Rahmat dan Petunjuk. Izinkan Aku Tetap di Jalan-Mu , Jalan yang Engkau Ridhai Bukan Jalan Yang Engkau murkai dan bukan pula jalan yang sesat.

Aamiin Yaa Rabbal 'Alamin. . .!!!!
____________________





Jumat, 29 Juni 2012

SHALAT SUNNAT (Bagian 1)




عَنْ رَبِيْعَةَ ابْنِ مَلِكٍ اْلاَسْلَمِيِّ قَالَ : قَالَ لِيَ النَّبِيُّ ص. (سَلْ) فَقُلْتُ : اَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِيْ اْلجَنَّةِ، فَقَالَ (اَوَغَيْرَذَلِكَ) فَقُلْتُ : هُوَ ذَاكَ، قَالَ (فَاَعِنِّيْ عَلَى نَفْسِكَ بِكَسْرَةِ السُجُوْدِ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    373.    Dari Rabi'ah bin Malik al- Aslami. Ia berkata : Nabi saw. bersabda kepada saya : Mintalah. Maka saya bersabda : Saya minta (dapat) menyertai paduka tuan di surga. Maka sabdanya : Dan adakah lain dari itu ? Saya jawab : Itu sahaja. Sabdanya : Tolonglah akan daku buat dirimu dengan sujud yang banyak (yakni tolonglah akan daku pada menghasilkan permintaan dengan membanyakkan shalat sunnat).
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ لِيَنَبِيُّ ص. عَشْرَ رَكَعَاتٍ : رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلمَغْرِبِ فِيْ بَيْتِهِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعِشَاءِ فِيْ بَيْتِهِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَفِيْ رِوَايَةٍ لَهُمَا : وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلجُمْعَةِ فِيْ بَيْتِهِ
    374.    Dari Ibnu 'Umar. Ia berkata : Saya hafal (yakni saya hafal riwayat atau perbuatan dari Nabi saw). dari Nabi saw., sepuluh raka'at (sunnat) : Dua raka'at sebelum (shalat) Zhuhur dan dua raka'at sesudahnya, dan dua raka'at sesudah Maghrib di rumahnya, dan dua raka'at sesudah Isya' di rumahnya, dan dua raka'at sebelum Shubuh.
    Muttafaq 'alaih. Dan di satu riwayat bagi keduanya : Dan dua raka'at sesudah Jum'at di rumahnya.

وَلِمُسْلِمٍ : كَانَ اِذَ طَلَعَ اْلفَجْرُ لَايُصَلِّيْ اِلَّا رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ
    375.    Dan Bagi Muslim : Adalah Ia (Nabi saw) apabila terbit fajar tidak ia shalat melainkan dua raka'at yang ringan.

عَنْ عَايْشَةَ اَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ. كَانَ لَايَدْعُ اَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اْلغَدَاةِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    376.    Dari 'Aisyah, bahwasanya Nabi saw. tidak tinggalkan empat raka'at sebelum Zhuhur dan dua raka'at sebelum Shubuh.
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

وَعَنْهَا قالَتْ : لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ ص. عَلَى شَيْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ اَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    377.    Dan daripadanya, ia berkata : Tidak ada Nabi saw. memperhatikan shalat-shalat sunnat lebih daripada (memperhatikan) dua raka'at fajar.
    Muttafaq 'alaih.

وَلِمُسْلِمٍ : رَكْعَتَااْلفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
    378.    Dan Bagi Muslim. Dua raka'at fajar itu lebih baik daripada dunia dan apa-apa yang ada di dalamnya.

عَنْ اُمِّ حَبِيْبَةَ اُمِّ اْلمُؤْمِنِيْنَ قَلَتْ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ (مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِيْ يَوْمِهِ وَلَيْلَتِهِ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْةٌ فِيْ اْلجَنَّةِ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِيْ رِوَايَةٍ : تَطَوُّعًا
    379.    Dari 'Ummu Habibah Ummul-Mukminin. Ia berkata : Saya dengar Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa shalat dua belas raka'at di harinya dan malamnya, niscaya dengan itu di bikinkan untuknya satu rumah di surga.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim : Dan pada satu riwayat : tathauwu' (yakni shalat 12 raka'at itu shalat tathauwu').

وَللِتِّرْمِذِيِّ نَخُوْهُ، وَزَادَ: اَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعِشَاءِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ اْلفَجْرِ
    380.    Dan bagi Tirmidzi, seperti itu juga, dan ia tambah empat raka'at sebelum Zhuhur, dan dua raka'at sesudahnya, dan dua raka'at sesudah Maghrib, dan dua raka'at sesudah 'Isya', dan dua raka'at sebelum shalat fajar.

وَلِلْخَمْسَةِ عَنْهَا : مَنْ حَافَظَ عَلَى اَرْبَعٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَاَرْبَعٍ بَعْدهَا، حَرَّمَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى النَّرِ
    381.    Dan bagi "Lima", daripadanya : Barangsiapa tetap mengerjakan empat raka'at sebelum Zhuhur dan empat raka'at sesudahnya, niscaya Allah haramkan dia masuk neraka.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. (رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى اَرْبَعًا قَبْلَ اْلعَصْرِ). رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبُوْ دَاوُدَ وَالتِرِْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ، وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَصَحَّحَهُ
    382.    Dari Ibnu 'Umar. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat seseorang yang shalatnya empat (raka'at) sebelum 'Ashar.
    Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia hasankan dia, dan Ibnu Khuzaimah dan ia sahkan dia.

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ اْلمُزَنِّيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص. (صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ، صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ). ثُمَّ قَالَ فِيْ الثَّالِثَةِ (لِمَنْ شَاءَ) كَرَاهِيَةَ اَنْ يُتَّخِذَهَاالنَّسُ سُنَّةً. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    383.    Dari 'Abdullah bin Mughaffal al-Muzanni. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : shalatlah sebelum shalat Maghrib ! shalatlah sebelum shalat Maghrib ! dan ia bersabda pada kali yang ketiga : Bagi siapa yang mau, karena (Rasulullah) tidak suka orang jadikan satu ketetapan (yang berat).
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.
____________________







Sumber :Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)



Kamis, 28 Juni 2012

SUJUD SAHWI, TILAWAH DAN SYUKUR (Bagian 3)




عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : (ص) لَيْسَتْ مِنْ عَزَائِمِ السُّجُوْدِ. وَقَدْ رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يَسْجُدُ فِيْهَا. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    363.    Dari Ibnu 'Abbas. Ia berkata : (Surah) Shaaad (yakni di waktu sampai di ayat "Wakharra rakian wa-anab"). bukan (tempat-tempat) yang diberatkan sujud, tetapi saya lihat Rasulullah saw. sujud padanya.
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

وَعَنْهُ اَنَّ النَّبِيَّ ص. سَجَدَ بِالنَّجْمِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    364.    Dan daripadanya bahwasanya Nabi saw. sujud di (surah) an-Najm (yakni ketika sampai di ayat "Fasjudu lillahi wa'budu").
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

عَنْ ذَيْدٍ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ : قَرَأْتَ عَلَى النَّبِيِّ ص. النَجْمَ، فَلَمْ يَسْجُدْ فِيْهَا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    365.    Dari Zaid bin Tsabit. Ia berkata : Saya bacakan kepada Rasulullah saw. (surah) an-Najm tetapi ia tidak sujud padanya.
    Muttafaq 'alaih.

عَنْ خَالِدِنَ بْنِ مَعْدَانَ قَالَ : فُضِّلَتْ سَوْرَةُ اْلحَجِّ بِسَجْدَتَيْنِ، رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ فِيْ اْلمَرَاسِيْلِ
    366.    Dari Khalid bin Ma'dan. Ia berkata : Diutamakan surah al-Haj dengan sebab dua sujud (yakni waktu sampai pada ayat "Innallaha yaf'alu mayasya" dan pada ayat " La'allakum tuflihum").
    Diriwayatkan dia oleh Abu Dawud di dalam kitab Marasil.

وَرَوَاهُ اَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ مَوْصُوْلًا مِنْ حَدِيْثِ عُقْبَةَ ابْنِ عَامِرٍ، وَزَادَ : فَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ هُمَا فَلَا يَقْرَأْهَا وَسَنَدُهُ ضَعِيْفٌ
    367.    Dan diriwayatkan dia oleh Ahmad dan Tirmidzi dengan maushul dari Hadits 'Uqbah bin 'Aamir dan ia tambah : maka barangsiapa tidak (mau) sujud padanya janganlah ia baca dia (Surah al-Haj), tetapi sanadnya lemah.

عَنْ عُمَرَ قَالَ : يَااَيُّهَاالنَّاسُ بِالسُّجُوْدِ، فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ اَصَابَ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلَا اِثْمَ عَلَيْهِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ، وَفِيْهِ : اِنَّ اللهَ تَعَلَى لَمْ يُفْرِضِ السُّجُوْدَ اِلَّا اَنْ نَشَاءُ، وَهُوَ فِيْ اْلمُوْطَّأِ
    368.    Dari 'Umar. Ia berkata : Hai manusia ! kita akan melewati (ayat-ayat sujud). Dari itu, barangsiapa sujud, maka betullah ia ; dan barangsiapa tidak sujud, maka tidaklah ada dosa padanya.
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari ; dan di situ (ada tersebut) : Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak fardhukan sujud, hanya jika kita mau ; dan ia (tersebut) di Muwath-tha'.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ ص. يَقْرَأُ عَلَيْنَا اْلقُرْاَنَ، فَاِذَا مَرَ بِسَجْدَةِ كَبَّرَ وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ. رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ بِسَنَدٍ فِيْهِ لِيْنٌ
    369.    Dari Ibnu 'Umar. Ia berkata : Adalah Nabi saw. membacakan Qur'an kepada kami. Maka apabila melewati ayat Saj-dah. ia bertakbir dan sujud, dan kami pun sujud bersamanya.
    Diriwayatkan dia oleh Abu Dawud dengan sanad yang ada padanya kelembekan.


KETERANGAN :
        I.    Hadits ke 362 sampai ke 363 itu adalah tentang sujud tilawah, yakni sujud bacaan.
        II.    Ayat sajdah yang diriwayatkan dari Nabi saw. ada 15 periksalah satu persatunya di Pengajaran Shalat.

عَنْ اَبِيْ بَكْرَةَ، اَنَّ النَّبِيَّ ص. : كَانَ اِذَاجَاءَهُ حَيْرٌ يَسُرُّهُ خَرَّ سَاجِدًا لِلَّهِ. رَوَاهُ اْلخَمْسَةُ اِلَّا النَّسَائِيَّ
    370.    Dari Abi Bakrah bahwasanya Nabi saw. apabila sampai kepadanya kabar yang menyenangkannya, ia tunduk sujud karena Allah.
    Diriwayatkan dia oleh "Lima" kecuali Nasa'i.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ : سَجَدَ النَّبِيُّ ص، فَاطَالَ السُّجُوْدَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ (اِنَّ جِبْرِيْلَ اَتَانِيْ، فَبَشَّرَنِي، فَسَجَدْتُ فِيْهِ شُكْرًا) رَوَاهُ اَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ اْلحَكِمُ
    371.    Dari 'Abdurrrahman bin 'Auf. Ia berkata : Nabi saw.  pernah sujud dan memanjangkan sujud itu, kemudian ia angkat Kepalanya lalu bersabda : Sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan memberi kabar gembira kepadaku. Maka aku sujud karena berterima kasih kepada Allah.
    Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan disahkan dia oleh Hakim.

    Kabar gembira yang tersebut di Hadits itu ialah firman Allah (yang tidak masuk di Qur'an) yang artinya : Barangsiapa mohonkan rahmat bagimu, Aku akan berikan rahmat kepadanya ; dan barangsiapamohonkan kesejahteraan bagimu, Aku akan beri kepadanya kesejahteraan.

عَنِ اْلبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ، اَنَّ النَّبِيَّ ص. بَعَثَ عَالِيًا اِلَى اْليَمَنِ-فَذَكَرَ اْلحَدِيْثَ-قَالَ : فَكَتَبَ عَلِيٌّ بِاِسْلَامِهِمْ، فَلَمَّا قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ اْلكِتَابَ خَرَّ سَجِدًا، شُكْرًالِلَّهِ تَعَالَى ذَلِكَ. رَوَاهُ اْلبَيْهَقِيُّ. وَاَصْلُهُ فِيْ اْلبُخَارِيُّ
    372.    Dari Bara' bin Azib, bahwasanya Nabi saw. utus Ali ke Yaman - lalu ia (Bara' bin Azib) sebut Hadits itu - (di situ) ia berkata : Lalu 'Ali menulis tentang ke islaman mereka (orang-orang Yaman). Maka tatkala membaca surat itu, Rasulullah saw. tunduk sujud karena terima kasih kepada Allah Ta'ala atas itu.
    Diriwayatkan dia oleh Baihaqi, tetapi asalnya di dalam Bukhari.
_________________________






Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)




Rabu, 27 Juni 2012

SUJUD SAHWI, TILAWAH DAN SYUKUR (Bagian 2)




عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص. فَلَمَّا سَلَّمَ قِبْلَ لَهُ : يَارَسُوْلَ اللهِ، اَحَدَثَ فِيْ الصَّلَاةِ شَيْءٌ؟ قَالَ(وَمَاذَاكَ؟) قَلُوْا : صَلَّيْتَ كَذَاوَكَذَا، قَالَ : فَثَنَى رِجْلَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ اْلقِبْلَةَ. فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ اَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ فَقَالَ (اِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِيْ الصَّلَاةِ سَيْءٌ اَنْبَأْتُكُمْ بِهِ، وَلَكِنْ اِنَّمَا اَنَا بَشَرٌ مِشْلُكُمْ اَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَاِذَ نَسِيْتُ فَذَاكِّرُوْنِيْ، وَاِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ فِيْ صَلَاتِهِ فَلْيَتَحَرَّالصَّوَبَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    355.    Dari Ibnu Mas'ud. Ia berkata : Rasulullah saw. telah shalat. Maka tatkala ia beri salam, ada orang berkata kepadanya : Ya Rasulullah ! adakah kejadian apa-apa di dalam shalat ? Ia bersabda : dan apa dia itu ? Mereka berkata : Paduka tuan telah bershalat begini dan begini. Ia (Ibnu Mas'ud) berkata : Lalu Ia (Rasulullah saw) lipat dua kakinya dan menghadap qiblat, lalu ia sujud dua sujud, kemudian ia beri salam kemudian ia menghadap orang ramai dengan mulanya, lalu bersbda : Sesungguhnya kalau kejadian sesuatu (perubahan) di dalam shalat aku akan beri tahu dia kepada kamu. Aku lupa sebagaimana kamu lupa. Oleh itu, jika aku lupa, hendaklah kamu ingatkan daku ; dan apabila seorang dari kamu syak di dalam shalatnya, maka hendaklah ia fikirkan mana yang betul, lalu ia sempurnakan (shalat-nya) dari situ, kemudian hendaklah ia sujud dua sujud.
    Muttafaq 'alaih.

وَفِيْ رِوَايَةٍ لِلبُخَارِيِّ : فَلْيُتِمَّ ثُمَّ يُسَلِّمُ ثُمَّ يَسْجُدُ
    356.    Dan pada satu riwayat bagi Bukhari : Maka hendaklah ia sempurna kan kemudian ia beri salam, kemudian ia sujud.

وَلِمُسْلِمٍ : اَنَّ النَّبِيَّ ص. سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ بَعْدَ السَّلَامِ وَاْلكَلَمِ
    357.    Dan bagi Muslim : Bahwasanya Nabi saw. sujud dua sujud sahwi sesudah salam dan kalam.

وَلِاَحْمَدَ وَاَبِيْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيِّ مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِاللهِ بْنِ جَعْفَرٍ مَرْفُوْعًا (مَنْ شَكَّ فِيْ صَلَاتِهِ فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَايُسَلِّمُ). وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ
    358.    Dan bagi Ahmad dan Abi Dawud dan Nasa'i dari Hadits 'Abdullah bin Ja'far dengan marfu : Barangsiapa syak pada shalatnya, maka hendaklah ia sujud dua sujud sesudah ia beri salam ; dan disahkan dia oleh Ibnu Khuzaimah.

عَنِ اْلمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ : (اِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ، فَقَامَ فِيْ الرَّكْعَتَيْنِ، فَاسْتَتَمَّ قَائِمًا، فَلْيَمْضِ، وَلَايَعُوْدُ، وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ، فَاِنْلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ وَلَا سَهْوَ عَلَيْهِ). رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ وَالدَّرَقُطْنِيُّ، وَاللفْظُ لَهُ، بِسَنَدٍ ضَعِيْفٍ
    359.    dari Mughirah bin Syu'bah, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda : Apabila seseorang daripada kamu syak lalu ia berdiri sesudah dua raka'at (yakni tidak ia duduk membaca at-Tahiyat awwal, yakni tidak boleh) hingga sempurna ia berdiri, maka hendaklah ia terus, yaitu tidak (boleh) ia kembali (Ia kembali duduk) dan hendaklah ia sujud, tetapi jika belum ia sempurna berdiri, maka hendaklah ia duduk, dan tidak ada atasnya sujud sahwi.
    Diriwayatkan dia oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dan Daraquthni tetapi lafazh itu baginya dengan sanad yang lemah.

عَنْ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ ص. قَالَ : لَيْسَ عَلَى مَنْ خَلْفَ اْلاِمَامِ سَهْوٌ، فَاِنْ سَهَااْلاِمَامُ فَعَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ خَلْفَهُ). رَاوَهُ التِّرْمِذِيُّ وَاْلبَيْهَقِيُّ بِسَنَدٍ ضَعِيْفٍ
    360.    Dari 'Umar, dari Nabi saw. sabdanya : Tidak ada atas orang yang di belakang imam itu sahwi (yakni tidak ada urusan lupa atas makmum, karena ia menurut imam) ; tetapi jika imam lupa, maka (wajib) atasnya dan atas orang yang dibelakangnya (sujud sahwi).
    Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi dan Baihaqi dengan sanad yang lemah.

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ ص. اَنَّهُ قَالَ (لِكُلِّ سَهْوٍ سَجْدَتَانِ بَعْدَمَا يُسَلِّمُ). رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ بِسَنَدٍ ضَعِيْفً
    361.    Dari Tsauban, dari Nabi saw. bahwasanya ia bersabda : Bagi tiap-tiap kelupaan itu dua sujud sesudah salam.
    Diriwayatkan dia oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan sanad yang lemah.

KETERANGAN :
        I.    Riwayat semua setuju tentang sujud sahwi itu 3 sujud.
        II.    Riwayat yang tegas tentang kelupaan Nabi saw., ialah berdiri ke raka'at yang ketiga dengan tidak membaca at-Tahiyat awwal. Buat kelupaan ini Nabi saw. sujud sahwi dua kali, sebelum salam.
        III.    Riwayat yang tegas lagi tentang kelupaan Nabi saw. ialah shalatnya dua raka'at, padahal mestinya empat raka'at. Buat ini Nabi saw. tambah dua raka'at, lalu salam lagi.
        IV.    Jika berlaku dua kejadian itu atas kita, maka wajib kita berbuat sebagaimana Nabi saw. berbuat, yakni tidak boleh lain macam.
        V.    Dari riwayat-riwayat kelihatan at-Tahiyat itu boleh dibaca sebelum sujud sahwi atau sesudahnya, asal sebelum salam.
        VI.    Oleh sebab itu riwayat-riwayat selain riwayat ke 355 yang tersebut tentang sujud sahwi, kelihatan seolah-olah bertentangan, yakni ada yang mengatakan sebelum salam dan ada yang mengatakan sesudah salam, maka menurut pandangan 'ulama yang teliti, bahwa boleh kita kerjakan dua-dua macam itu. Sedang ada lain 'ulama pula berpendapat bahwa kalau seorang, dengan lupa, kerjakan lebih. maka sujud sahwinya sesudah salam : jika kurang, maka sebelum salam.
        VII.    Hadits ke 359 itu sungguhpun dha'if, tetapi isinya tak dapat ditolak, karena dijadikan pertanyaan ; Bagaimana hal orang yang di antara duduk dan berdiri baru teringat bahwa semestinya duduk, apakah ia mesti terus berdiri atau kembali duduk ? Tidak ada keterangan tentang boleh ia berdiri. Dari itu, tentulah wajib ia kembali ke tempat yang semestinya, yaitu duduk.

PENJELASAN :
        Kelupaan Nabi saw. : Sebenarnya Nabi saw. tidak pernah lupa. Menurut jalan riwayat-riwayat yang menerangkan bahwa Nabi saw. lupa itu, sebenarnya adalah suatu perbuatan yang disengaja oleh Nabi saw. untuk memberi tahu kepada ummatnya bahwa kalau lupa seperti yang aku perbuat ini, hendaklah kamu bersujud sahwi. (A.Q).

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : سَجَدْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افِيْ (اِذَاا لسَّمَاءُ انْشَقَّتْ) وَ(اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّ الَّذِيْ خَلَقَ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    362.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Kami pernah sujud bersama Rasulullah saw. di (surah) Idzas-sama'un syaqqat (yakni di waktu sampai di ayat "Wakharra rakian wa-anab"). dan di (surah) Ikraq bismi rabbikalladzi khalaq (yakni di waktu sampai di ayat "Wasjud waqtarib").
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

____________________







Sumber :
Tarjamah BULUGHUL
MARAAM (A.HASSAN)



Selasa, 26 Juni 2012

SUJUD SAHWI, TILAWAH DAN SYUKUR (Bagian 1)




عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ بُحَيْنَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص. صَلَّى بِهِمُ الظُّهْرَ، فَقَمَ فِيْ الرَّكْعَتَيْنِ اْلاُلَيَيْنِ، وَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، حَتَّى اِذَا قَضَى الصَّلَاةَ وَاَنْتَظَرَ النَّاسُ تَسْلِيْمَهُ، كَبَّرَ وَهُوَ جَالِسٌ، وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، قَبْلَ اَنْ يُسَلِّم. اَخْرَجَهُ السَّبْعَةُ، وَهَذَا اللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ
    349.    Dari 'Abdillah bin Buhainah, bahwasanya Nabi saw., pernah shalat Zhuhur beserta mereka, lalu ia berdiri sesudah dua raka'at yang pertama, yakni ia tidak duduk, maka orang-orang pun berdiri besertanya, hingga apabila telah selesai shalat dan orang-orang tunggu salamnya, ia bertakbir sambil duduk, dan ia sujud dua kali sebelum ia beri salam, kemudiann ia beri salam.
    Diriwayatkan dia oleh "Tujuh" tetapi lafazh ini bagi Bukhari.

وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : يُكَبِّرُا فِيْ كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ وَيَسْجُدُ، وَيسْجُدُ النَّاسُ مَعَهُ، مَكَانَ مَانَسِيَ مِنَ اْلجُلُوْسِ
    349a.    Dan pada satu riwayat bagi Muslim : Ia bertakbir pada tiap-tiap sujud sambil duduk dan ia sujud dan orang-orang sujud bersamanya, mengganti duduk (attahiyat) yang ia lupa itu.

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : صَلَّى النَّبِيِّ ص. اِحْدَى صَلَاتَيِ اْلعَشيِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ اِلَى خَشَبَةٍ فِيْ مُقَدَّمِ اْلمَسْجِدِ، فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهَا، وَفِيْ اْلقَوْمِ اَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَهَابَا انْيُكَلِّمَاهُ، وَخَرَجَ سَرْعَانُ النَّاسِ، فَقَالُوْا : قُصِرَتِ الصَّلَاةُ، وَفِيْ اْلقَوْمِ رَجُلٌ يَدْعُوْهُ النَّبِيُّ ص. ذَااْليَدَيْنِ، فَقَالَ : يَارَسُوْلَ اللهِ اَنَسِيْتَ اَمْقُصِرَتِ الصَّلَاةُ ؟ فَقَالَ (لَمْ اَنْسَ وَلَمْ تُقْصَرْ) فَقَالَ : بَلَى، قَدْ نَسِيْتَ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ كَبَّرَ، ثُمَّ سَجَدَ مِثْلَ سُجُوْدِهِ، اَوْ اَطْوَلَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَكَبَّرَ، ثُمَّ وَضَعَ رَأْسَهُ، فَكَبَّرَ، فَسَجَدَ مِثْلَ سُجُوْدِهِ، اَوْاَطْوَلَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ
    350.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Nabi saw. pernah shalat petangnya (yaitu shalat 'Ashar) dua raka'at, kemudian ia beri salam, kemudian ia pergi kepada satu kayu disebelah depan masjid, lalu meletakkan tangannya diatas itu, sedang di antara orang ramai ada Abubakar dan 'Umar, tetapi mereka segan hendak berkata-kata dengannya, padahal manusia keluar dengan cepat sambil berkata : Telah diqashar shalat ; dan diantara kaum itu ada seorang yang Rasulullah saw., namakan dia Dzalyadain (Yang mempunyai dua tangan, karena dua tangannya lebih panjang daripada biasa), lalu ia bertanya : Ya Rasulullah ! apakah paduka tuan lupa ataukah diqashar shalat itu ? Maka sabdanya : Aku tidak lupa dan tidak diqashar. Ia berkata : Bahkan paduka tuan telah lupa ; lalu ia (Rasulullah saw.), shalat dua raka'at kemudian ia beri salam, kemudian ia takbir, kemudian ia sujud seperti sujudnya (yang biasa) atau lebih panjang, kemudian ia angkat kepalanya lalu takbir kemudian ia tundukkan kepalanya, lalu sujud seperti sujudnya (yang biasa) atau lebih panjang, kemudian ia angkat kepalanya dan takbir.
    Muttafaq 'alaih, tetapi lafazh itu bagi Bukhari.

وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : صَلَاةَ اْلعَصْرِ
    350a.   Dan pada satu riwayat bagi Muslim : Shalat 'Ashar (Yakni yang Rasulullah saw. tinggalkan itu di shalat 'Ashar.

وَلِاَبِيْ دَاوُدَ، فَقَالَ (اَصَدَقَ ذُوْاْليَدَيْنَ؟) فَاَوَمَأَوْا : اَيْ نَعَمْ، وَهِيَ فِيْ الصَّحِيْحَيْنِ، لَكِنْ بِلَفْظِ : فَقَالُوْا
    351.    Dan bagi Abi Dawud. Maka ia bertanya : benarkah Dzalyadain ? maka mereka memberi isyarat : Benar ; dan ia itu di-Shahain, tetapi dengan lafazh . . . . maka mereka berkata . . . .

وَفِيْ رِوَايَةٍ لَهُ : وَلَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَقَّنَهُ اللهُ تَعَالَى ذَلِكَ
    352.    Dan di satu riwayat baginya : dan ia (Rasulullah saw) tidak sujud hingga Allah meyakinkan dia yang demikian itu.

KETERANGAN :
        Rasulullah saw, tidak tambah dua raka'at itu melainkan sesudah ia yakin bahwa shalatnya memang kurang dua raka'at.

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص. صَلَّى بِهِمْ، فَسَهَا، فَسَجَدَ سَجْدَتَينِ، ثُمَّ تَشَهَّدَ، ثُمَّ سَلَّمَ، رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ، وَاْلحكِيْمِ وَصَحَّحَهُ
    353.    Dari 'Imran bin Hushain, bahwasanya Nabi saw, Shalat dengan mereka (sahabat), lalu ia lupa (Yakni lupa yang tersebut di Hadits ke 350), lalu ia sujud, dua kemudian ia baca at-Tahiyat, kemudian ia salam.
    Diriwayatkan dia oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia hasankan dia, dan Hakim dan ia sahkan dia.

KETERANGAN :
        Baca at-Tahiyat : Tentang ada bacaan at-Tahiyat dalam sujud sahwi ini, dilemahkan oleh Imam Baihaqy, Ibnu 'Abdil-barr dan lain-lainnya. Mereka berkata : Yang terpelihara (sah) bahwa dalam Hadits 'Imran dan Hushain itu (mestinya) tidak ada sebutan Tasyahud (=at-Tahiyat) (Nailul Authar 3 : 149). (A.Q).

عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص. (اِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ فِيْ صَلَاتِهِ، فَلَمْ يَدْرِكُمْ صَلَّى اَثَلَاثًا اَمْ اَرْبَعًا؟ فَلْيَطْرَحِ الشَكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ. ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ اَنْ يُسَلِّمَ، فَاِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ، وَاِنْ كَانَ صَلَّى تَمَامًا كَانَتَا تَرْغِيْمًا لِلشَيْطَانِ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    354.    Dari Abi Sa'id al-Khudri. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila seorang dari kamu syak di dalam shalatnya, yaitu ia tidak tahu berapa ia kerjakan, tiga kah ataukah empat (raka'at), maka hendaklah ia buang syak itu dan hendaklah ia dirikan atas apa yang ia yakin, kemudian ia sujud dua sujud sebelum ia beri salam, karena kalau ia telah shalat lima (raka'at) maka mereka (dua sujud), telah genaplah baginya akan shalat ; dan jika ia telah kerjakan cukup, maka adalah mereka penghampa akan syaithan (membikin syaithan tidak berhasil pada membikin was-was di hatinya).
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

____________________







Sumber :
Tarjamah BULUGHUL
MARAAM (A.HASSAN)



Senin, 25 Juni 2012

SIFAT SHALAT (Bagian 11)




عَنِ اْلمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص. كَانَ يَقُوْلُ فِيْ دُبُرِ كُلِ صَلَاةٍ مَكْتُوْبَةٍ (لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ، وَلَهُ اْلحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ سَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ لَامَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَااْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    340.    Dari Mughirah bin Syu'bah, bahwasanya Nabi saw. biasa mengucap di belakang tiap-tiap shalat fardhu. Lailahaillallah wahdahu lasyarikala . . . Allahumma la mani'a lima' a'taita . . . . yang artinya : Tidak ada Tuhan (yang patut disembah) melainkan Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya ; kepunyaan-Nyalah sekalian kerajaan, dan bagi-Nyalah sekalian pujian dan Ia atas tiap-tiap sesuatu amat berkuasa ; Hai Tuhan ! tidak ada yang (bisa) menghalangi apa yang Engkau beri, dan tidak ada yang (bisa) beri apa yang Engkau Halangi ; dan kekayaan tidak bisa menarik daripada-Mu untuk si kaya.
    Muttafaq 'alaih.

عَنْ سَعْدٍ بْنِ اَبِيْ وَقَاصٍ، اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. كَانَ يَتَعَوَّذُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ (اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ اْلبُخْلِ، وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلجُبْنِ، وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ اَنْ اُرَدَّ اِلَى اَرْذَلِ اْلعُمُرَ، وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ). رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    341.    Dari Sa'id bin Abi Waqqash, bahwasanya adalah Rasulullah saw. di belakang tiap-tiap shalat berlindung dengan (do'a). Allahumma inni a'udzubika . . . . wa a'udzubika . . . . sampai wa'audzubika min 'adzabil-qabri . . . . yang artinya : Hai Tuhan ! aku berlindung kepada-Mu daripada kebakhilan dan aku berlindung kepada-Mu daripada kebaculan, dan aku berlindung kepada-Mu daripada sampai umur pikun, dan aku berlindung kepada-Mu daripada percobaan hidup, dan aku berlindung kepada-Mu daripada 'adzab kubur.
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ : كَانَ رَسُوْلَ اللهِ ص. اِذَاا نَصْرَفَ عَنْ صَلَاتِهِ  اسْتَغْفَرَاللهِ ثَلَاثًا، وَقَالَ (اَللَّهُمَّ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَذَاْلجَلَالِ وَاْلاءِكْرَامِ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    342.    Dari Tsauban. Ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila berpaling dari shalat ia istighfar tiga kali dan ia ucap "Allahumma antas-salamu . . . . yang artinya : Hai Tuhan ! Engkaulah Yang sejahtera, dan daripada-Mulah (datang) kesejahteraan, Mahamulia Engkau (Hai Tuhan) yang mempunyai kemegahan dan kemuliaan.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. قَالَ (مَنْ سَبَّحَ اللهُ دُبُرَكُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ. وَحٌمِدَاللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ، وَكَبَّرَاللهَ ثَلَاثًا وَثََلَاثِيْنَ، فَتِلْكَ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ، وَقَالَ تَمَامَ اْلمِائَةِ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ، وَلَهُ اْلحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ، وَلُوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِاْلبَحْرِ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ، وَفِيْ رِوَايَةٍ اُخْرَى : اَنَّ التَّكْبِيْرَ اَرْبَعٌ وَثَلَاثُوْنَ
    343.    Dari Abi Hurairah, dari Rasulullah saw. ia bersabda : Barangsiapa mengucap Subhanallah di belakang tiap-tiap shalat 33 kali, dan mengucap Alhamdulillah 33 kali dan mengucap Allahu-akbar 33 kali, maka yang demikian (jadi 99 kali), dan mengucap penyempurnaan seratus : La ilaha illallah yang artinya : Tidak ada Tuhan (yang sebenarnya), melainkan Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya dan kepunyaan-Nyalah sekalian kerajaan dan kepunyaan-Nyalah sekalian pujian, dan Ia atas tiap-tiap suatu amat berkuasa. Niscaya diampunkan dosa-dosanya, walaupun sebanyak busa di laut.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim : dan di satu riwayat lain bahwa takbir itu 34 kali.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَابَلِ، اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص. قَالَ لَهُ (اُوْصِيْكَ يَامُعَاذُ : لَاتَدَعَنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ اَنْ تَقُوْلَ : اَللَّهُمَّ اَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ) رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيِّ بِسَنَدٍ قَوِيٍّ
    344.    Dari Mu'adz bin Jabal, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda kepadanya : Aku berpesan kepadamu ya Mu'adz ! di belakang tiap-tiap shalat, janganlah engkau tinggalkan membaca : Allahumma a'inni . . . . yang artinya : Hai Tuhan ! tolonglah akan daku pada mengingat-Mu dan berterima kasih pada-Mu, dan beribadah yang baik kepada-Mu.
    Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan Abu Dawud dan Nasa'i dengan sanad yang kuat.

عَنْ اَبِيْ اُمَامَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. (مَنْ قَرَأَ اَيَةَ اْلكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوْبَةِ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ اْلجَنَّةِ اِلَّا اْلمَوْتُ). رَوَاهُ النَّسَائِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ. وَزَادَ فيْهِ الطَّبَرَانِيُّ : وَ قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ
    345.    Dari Abi Umamah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Barangsiapa membaca ayatul - kursi di belakang tiap-tiap shalat fardhu, tidak menghalangi dia masuk surga melainkan kematian (Yakni belum mati itu menghalangi dia masuk surga).
    Dikeluarkan dia oleh Nasa'i dan disahkan dia oleh Ibnu Hibban dan Thabarani tambah padanya : Dan Qul huwallahu Ahad . . . .


Do'a-do'a dan bacaan-bacaan di belakang shalat, yakni setelah selesai, ada banyak diriwayatkan dari Nabi saw.. Dari itu boleh kita pilih antara apa yang kita sukai, asal saja riwayatnya sah.

عَنْ مَلِكٍ بْنِ اْلحُوَيْرِثِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. : (صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُوْ نِيْ اُصَلِّى). رَوَاهُ البُخَارِيُّ
    346.    Dari Malik bin Huwairits. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Shalatlah sebagaimana kamu lihat (Ra-aitumuni ushalli : Kamu lihat aku shalat, dan terpakai juga dengan arti : kamu ketahui aku shalat).
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص. قَالَ (صَلِّ قَائِمًا، فَاِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَاِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ، وَاِلَّا فَأَوْمِ). رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    347.    Dari 'Imran bin Hushain bahwasanya Nabi saw. telah bersabda : shalatlah dengan berdiri ; jika engkau tidak bisa, maka dengan duduk : jika engkau tidak bisa, maka dengan berbaring, dan jika engkau tidak bisa maka berisyaratlah.
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari (Tersebut di Subulus-salam bahwa di dalam Bukhari tidak ada kalimah berisyaratlah).

عَن جَابِرٍ، اَنَّ النَّبِيَّ ص. قَالَ لِمَرِيْضٍ-صَلَّى عَلَى وِسَادَةٍ، فَرَمَى بِهَا-وَقَالَ (صَلِّ عَلَى اْلاَرْضِ انِ اسْتَطَعْتَ، وَاِلَّا فَاَوْمِ اِيْمَاءً، وَاجْعَلْ سُجُوْدَكَ اَحْفَضَ مِنْ رُكُوْعِكَ). رَوَاهُ اْلبَيْهَقِيُّ بِسَنَدٍ قَوِيٍ، وَلَكِنْ صَحَّحَ اَبُوْ حَاتِمٍ وَقْفَهُ
    348.    Dari Jabir, bahwasanya Nabi saw. bersabda kepada seorang sakit yang bershalat atas bantal, lalu Nabi saw. buang dia dan bersabda : Shalatlah di atas bumi jika engkau bisa, tetapi jika tidak bisa, maka berbuatlah dengan isyarat dan jadikanlah sujudmu lebih rendah daripada ruuku'mu.
    Diriwayatkan dia oleh Baihaqi dengan sanad yang kuat, tetapi Abu Hatim sahkan mauqufnya.
____________________







Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)




Sabtu, 23 Juni 2012

SIFAT SHALAT (Bagian 10)




عَنْ فَضَالَةَ ابْنِ عُبَيْدٍ قَالَ : سَمِعَ رَسُوْلُ اللهِ ص. رَجُلًا يَدْعُوْافِيْ صَلَاتِهِ، وَلَمْ يَحْمَدِاللهِ، وَلَمْ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ ص. فَقَالَ : (عَجِلَ هَذَا) ثُمَّ دَعَاهُ، فَقَالَ : (اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ رَبِّهِ وَالسَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ ص، ثُمَّ يَدْعُوْ بِمَاشَاءَ.- رَوَاهُ اَحْمَدُ وَالثَلَاثَةُ، وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ وَاْلحَكِمُ
    335.    Dari Fadhalah bin 'Ubaid. Ia berkata : Rasulullah saw. mendengar seorang mendo'a di dalam shalatnya, dengan tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi saw., maka sabdanya : Orang itu terburu-buru, Kemudian ia panggil dia, lalu bersabda : Apabila seseorang dari pada kamu bershalat, hendaklah ia memulai dengan memuji Tuhannya dan menyanjung-Nya, kemudian ia bershalawat atas Nabi saw., kemudian ia berdo'a dengan apa yang ia sukai.
    Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan "Tiga" dan disahkan dia oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban dan Hakim.

KETERANGAN :
        I.    Hadits ini, oleh sebab ada padanya sebutan memuji, menyanjung, bershalawat, dan berdo'a. Maka tempatnya tidak lain di attahiyat.
        II.    Memuji dan menyanjung itu maksudnya ialah : Attahiyatulillah . . . . atau Attahiyatul-mubarakatu . . . . bershalawat itu mengucap Allahumma shalli 'ala Muhammad . . . . ; berdo'a itu maksudnya ialah do'a di akhir attahiyat yang dimulai dengan kalimah Allahumma dan sebangsanya.
        III.    Jadi maksud Hadits tersebut bahwa di dalam attahiyat hendaklah ada tiga perkara : Pujian kepada Allah, shalat dan do'a.

عَنْ اَبِيْ مَسْعُوْدٍ قَالَ : قَالَ بَشِيْرُ بْنُ سَعْدٍ : يَارَسُوْلَ اللهِ، اَمَرَنَااللهُ اَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ، فَكَيْفَ نُصَلِّيْ عَلَيْكَ ؟ فَسَكَتْ، ثُمَّ قَالَ (قُوْلُوْا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ، فِيْ اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِدٌ مَجِيْدٌ. وَالسَّلَامُ كَمَا عَلِمْتُمْ) رَوَاهُ مُسْلِيمٌ. وَزَادَ ابْنُ حُزَيْمَةَ فِيْهِ : فَكَيْفَ نُصَلِّيْ عَلَيْكَ، اِذَا نَحنُ صَلَّيْنَا علَيْكَ فِيْ صَلَاتِنَا ؟.
    336.    Dari Abi Mas'ud. Ia berkata : Telah berkata Basyir bin Sa'd : Ya Rasululah ! Allah perintah kami bershalawat atas paduka tuan, maka bagaimanakah (cara) kami bershalawat atas paduka tuan ? Maka ia diam kemudian ia bersabda : Allahumma shalli 'alaMuhammadin . . . . sampai innaka hamidummajid, yang artinya : Hai Tuhan ! berilah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah beri rahmat atas keluarga Ibrahim, dan berilah kurnia atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah beri kurnia kurnia atas Ibrahim di (lidah-lidah) makhluk yang berakal, karena sesungguhnya Engkau yang amat terpuji, amat mulia. Dan salam sebagaimana kamu telah.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim, dan ditambah oleh Ibnu Khuzaimah padanya : Maka bagaimanakah (cara) kami bershalawat atas paduka tuan, apabila kami hendak bershalawat atas paduka tuan di dalam shalat kami . . . .?

KETERANGAN :
        Hadits ini menerangkan lafazh bershalawat. Ada lain Hadits meriwayatkan dengan sedikit perubahan. Kita boleh menggunakan nama yang kita suka asal riwayatnya shahih. Di semua riwayat shalawat itu, tidak ada di dalamnya kalimah SAYYIDINA MUHAMMAD atau SAYYIDINA IBRAHIM. Dari itu janganlah kita ada-adakan apa-apa yang tidak diriwayatkan dari Nabi saw.

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. (اِذَا تَشَهَّدَ اَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ اَرْبَعٍ، يَقوْلُ : اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَاْلمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّالِ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    337.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Apabila bertasyah-hud seseorang daripada kamu, hendaklah ia berlindung kepada Allah daripada empat, (yaitu) ia berkata : Allahumma inni a'udzubika . . . . yang artinya : Hai Tuhan ! aku berlindung kepada-Mu daripada 'adzab jahannam, dan dari 'adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah dajjal yang buta sebelah.
    Muttafaq 'alaih.


وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : اِذَا فَرَغَ اَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِاْلاَخِيْرِ
    337.a.    Dan pada satu riwayat bagi Muslim : Apabila selesai daripada kamu (membaca) tasyahud akhir . . . . . . . .

KETERANGAN :
        Do'a di akhir attahiyat sama dengan attahiyat dan shalawat tentang mempunyai lafazh. Semua itu boleh kita pakai asal sah riwayatnya.


عَنْ اَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّقِ اَنَّهُ قَالَ رَسُوْلُ الله ص.: عَلِّمْنِيْ دُعَاءً اَدْعُوْبِهِ فِيْ صَلَاتِيْ، قَالَ قُلْ (اَللَّهُمَّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفسِيْ ظُلْمً كَثِرًا، وَلَايَعْفِرُ الذُنُبَ اِلَّا اَنْتَ، فَاغْفِرْلِيْ مَغفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِيْ، اِنَّكَ اَنْتَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    338.    Dari Abi Bakar Shiddiq bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah saw. :Ajarkanlah kepada saya satu do'a yang saya akan mendo'akan dengannya di dalam shalat saya.
    Sabdanya sebutlah : Allahumma inni zhalamtu nafsi zulman katsiran . . . . yang artinya : Hai Tuhan ! sesungguhnya aku telah menganiaya diriku penganiayaan yang banyak, sedang tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, melainkan Engkau, maka ampunkanlah akan daku satu keampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah akan daku, karena sesungguhnya Engkaulah pengampun, penyayang.
    Muttafaq 'alaih. 


عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ ص، فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمَيْنِهِ (اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ) وَعَنْ شِمَالِهِ (اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    339.    Dari Wa'il bin Hujr. Ia berkata : Saya telah bershalat beserta Nabi saw. maka adalah ia memberi salam ke kanan dan ke kirinya : Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, yang artinya : mudah-mudahan sejahtera (bercucuran) atas kamu dan Rahmat Allah dan kurnia-kurnia-Nya.
    Diriwayatkan dia oleh Abu Dawud dengan sanad yang sahih.
____________________






Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)



 

8 PENGERTIAN CINTA MENURUT AL-QUR'AN





1. Cinta Mawaddah
Adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta Rahmah
Adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta Mail,
Adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta Syaghaf.
Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta Ra’fah, 
yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta Shobwah,
Yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta Syauq (rindu).
Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta Kulfah,
Yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)


Alhamdulillah ini sebuah pelajaran bermakna untuk memahami keindahan C.I.N.T.A, Agar kata itu tidak dipersalahkan, Agar Cinta itu tetap Indah meski dalam kekalahan.

C.I.N.T.A adalah bahasa dalam memberi, bukan menerima. C.I.N.T.A yang dilabuhkan atas nama ridha Allah, tidak akan pernah mengenal penyesalan atau untung atau rugi jika kemudian itu Cinta itu tidak tersambut atau berakhir.
Karena memberi kebahagiaan itu sendiri adalah kebahagiaan! dan C.I.N.T.A. datang untuk menyempurnakan, bukan mencari kesempurnaan. "SUBHANALLAH".

____________________








Kamis, 21 Juni 2012

Sunnatullah atau hukum / ketetapan Allah


Ia adalah peraturan, sistem dan ketentuan Allah untuk hamba-hamba-Nya di dunia ini yang bernyawa atau yang tidak bernyawa, adanya sistem dan peraturan atau sunnatullah ini untuk dipatuhi oleh sesama makhluk. Lain makhluk, lain sistem dan sunnatullah yang wajib dipatuhinya. Ada sistem untuk tumbuhan. Ada sistem untuk haiwan. Ada sistem untuk manusia. Ada sistem untuk jin dan malaikat.


Masing-masing makhluk mesti mengikut sistem yang dikhususkan untuknya, Kalau diikuti sistem dan peraturan ini maka hamba atau makhluk itu akan selamat. Kalau tidak diikuti, makhluk atau hamba itu akan binasa. Allah melaksanakan ketetapan-Nya sejak zaman azali , yang terlaksana di alam semesta sampai akhir nanti Sunnah atau ketetapan Allah yang dalam bahasa akademis disebut hukum alam antara lain :
1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrem (surga-neraka, benar-salah, baik-buruk)
2. Selalu terjadi pergantian dan perubahan antara dua kondisi yang saling berbeda.
3. Segala sesuatu diciptakan berpasangan .
4. Perubahan, penciptaan maupun penghancuran selalu melewati proses.
5. Alam diciptakan dengan keteraturan dan dalam keadaan seimbang.
6. Alam diciptakan terus berkembang.
7. Setiap terjadi kerusakan di alam manusia, Allah mengutus seorang utusan untuk memberi peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut.
8. Dll

Masing-masing makhluk mesti mengikut sistem yang dikhususkan untuknya. Kalau diikut sistem dan peraturan ini maka hamba atau makhluk itu akan selamat. Kalau tidak diikut, makhluk atau hamba itu akan binasa. Khusus bagi manusia, sunnatullah itu ada dua bentuk yakni Karhan (terpaksa) dan Tau'an (ada pilihan).

Sunnatullah yang berbentuk karhan ini banyak bersifat lahiriah , sedangkan sunnatullah yang berbentuk tau'an banyak yang bersifat-rohaniah dan maknawiah. Makhluk seperti semut pun, ada sunnatullah atau sistem untuk nya. Kalau dilanggar, semut akan musnah, kita tidak faham tetapi semut faham. Begitu juga benda-benda mati seperti air dan batu-batuan, dan makhluk seperti jin dan malaikat. ada sunnatullah untuk mereka, hanya bedanya malaikat itu makluk yang taat, dia tidak melanggar sunnatullah.

Sunnatullah itu sifatnya ia tidak berubah-ubah, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

"Dan sekali-kali engkau tidak akan dapat sunnah Tuhan itu berubah-ubah." (Ahzab: 62/Al Fath: 23) dan ayat ayat yang lain.

Setelah ditetapkan sunnah-Nya , Dia tidak mengubahnya walau dalam keadaan apa sekalipun. Ada banyak hikmah kenapa Tuhan berbuat begitu. Semuanya merupakan rahmat untuk hamba-hambaNya. Bila sunnatullah tidak berubah-ubah, kita mudah belajar dan mudah tahu krn ia perkara yang tetap yang berlaku setiap masa.

Disebabkan sunnatullah tidak berubah-ubah, maka hidup kita menjadi teratur. Setelah siang, kita tahu ada malam. Ia silih berganti secara tetap. Kalau malam dan siang tidak tetap dan berubah-ubah, hidup kita akan menjadi kucar-kacir, maka sukar bagi kita untuk menjalani hidup. dan kita akan dapat rasakan bahawa dunia ini ada yang menyusun, ada yang mengaturnya. Dunia tidak dibiarkan berfungsi dengan sendiri ikut sesuka hati tanpa sebarang sistem. Justru kita akan dapat merasakan kehadiran dan peranan Tuhan dalam dunia dan alam ini dan satu dari tanda-tanda kebesaran Tuhan kalau kita mahu mengambil iktibar.
(Al Jaatsiyah , Ali 'Imran , al baqarah dan ayat yang lain)

KARHAN

Karhan (terpaksa) Sunnatullah yang berbentuk karhan ini banyak bersifat lahiriah.

contoh yang mudah :

Makan dan minum melalui mulut , bernafas melalui hidung , dll

kalau mau merubah sunnatullah makan melalui hidung , atau lubang yang lain ,
^_^ nggeh monggo kerso di coba lan dirasakne piyambak ^_^

makan nasi , buah , daging , dan minum air (al ayat) kalau mau merubah sunnatullah makan pasir atau batu
^_^ nggeh monggo kerso di coba lan dirasakne piyambak ^_^

bernafas melalui hidung dan dengan udara bukan dengan air , kalau mau merubah sunnatullah bernafas dengan air

^_^ nggeh monggo kerso di coba lan dirasakne piyambak ^_^

Sunnatullah yang berbentuk karhan ini ramai orang taat dan patuh kerana mereka terpaksa. Kalau tidak patuh, balasan atau kebinasaannya datang segera. Orang Islam mahupun orang kafir, semuanya harus patuh.

TAU'AN

Sunnatullah yang berbentuk tau'an banyak yang bersifat-rohaniah dan maknawiah.

Sunnatullah yang berbentuk tau'an ini manusia boleh memilih antara taat atau ingkar , berbeda dengan karhan yang bilamana dilanggar akan menyebabkan sakit / binasa dalam waktu dekat / cepat. Namun kebinasaan itu ditangguhkan (tidak berlaku serta-merta atau secara segera) sunnatullah berbentuk tau'an ini dilanggar dan manusia ingkar, mereka tetap akan binasa jika tidak di dunia maka diakherat dicampak ke dalam Neraka (al ayat)

Tidak semua orang tahu, mengerti dan memahami meskipun berulang kali dia telah membaca buku pedoman (Al Quran) , tergantung pada manusianya mau mencari , memahami dan melaksanakan atau tidak. Tentunya dengan terus berdo'a memohon petunjuk dan pertolongan (Al fatihah) agar diberikan hidayah oleh Allaah

Perintah supaya manusia beriman kepada Allah, taat pada rasul, melaksanakan yang disuruh dan meninggalkan yang dilarang, itu termasuk sunnatullah yang berbentuk tau'an. Manusia boleh pilih untuk patuh atau ingkar. Namun kalau dilanggar atau diingkari, lambat-laun pasti akan dihukum dan binasa juga.

Oleh itu kita kena ajak manusia supaya ikut sunnah Allaah, Jangan ingkar dan jangan langgar sunnah Allaah. kelak kita akan binasa. Kita harus mengajak manusia supaya beriman dan bertaqwa, Ini yang akan menyelamatkan kita dan sekaligus bumi ini dari kebinasaan dan kemurkaan Allah sampai waktu yang ditentukan (kiamat kubra)
Wallahu A'lam.

_____________________