Al Mensucikan Hati di Bulan Ramadhan ~ Semesta Bertasbih, mengagungkan Asma Allah SWT


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wasahlan Bikhudurikum

Photo Cube Generator

Kamis, 11 Juli 2013

Mensucikan Hati di Bulan Ramadhan




Ramadhan adalah, bulan yang membukakan banyak pelajaran spiritual bagi umat Islam. Sepanjang bulan ini, kita diperintahkan untuk menahan. Bukan sembarang menahan makan dan minum semata, tetapi juga menahan segala perbuatan yang mengutamakan syahwat.

Seringkali kita mengenal syahwat sebagai nafsu seks semata. Padahal, tidak demikian. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kecenderungan jiwa seseorang adalah syahwat. Ada syahwat pada harta, syahwat pada wanita, dan syahwat pula pada kekenyangan perut. Semuanya dilebur pada bulan puasa.

Kita menjadi lebih sering berbagi kepada sesama yang membutuhkan pertolongan. Kita mengendalikan kemaluan sepanjang siang, dan kita menjaga pula agar makanan dan minuman tidak masuk ke kerongkongan sebelum waktu berbuka tiba. Andai semua ini dikerjakan, dengan ikhlas dan penuh kecintaan pada Allah, bukan sekadar menunaikan kewajiban semata, maka yang terlahir adalah, hati yang bersih; yang tidak akan bertahan selama puasa saja, tetapi juga pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga, setiap tahunnya kita senantiasa meningkat, dalam pemahaman spiritual.

Ya, beruntunglah kita yang diberi kesempatan untuk bersua dengan bulan Ramadhan tahun 2013. Artinya, ada kesempatan dari Allah agar kita mampu membersihkan diri, menyucikan jiwa dan ruh dari kotoran-kotoran yang selama ini melekat, pada bulan yang suci ini.

Alangkah indahnya pula, jika kesadaran tentang hakikat bulan puasa, semakin menguat. Kita diminta untuk menahan segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat duniawi. Diminta untuk berdiam, dan memulihkan diri dari jeratan keinginan fana yang selama ini seakan dimaklumi khalayak.

Tentu bukan untuk kembali melampiaskan syahwat duniawi saat bulan puasa berakhir. Sebaliknya, latihan yang dilakukan selama sebulan penuh, layak dijadikan tameng untuk menghadapi 11 bulan ke depan; ketika ‘setan dalam diri kita’ tak lagi terbelenggu dan menggoda untuk memenuhi keinginan hidup. Sehingga, pada Ramadhan berikutnya yang terjadi adalah peningkatan kemampuan spiritual, bukanlah sebuah stagnasi.







0 komentar:

Posting Komentar