Al Juli 2012 ~ Semesta Bertasbih, mengagungkan Asma Allah SWT

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar

Semesta Bertasbih Mengagungkan Asma Allah SWT

SubhanAllah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Wallahu Akbar


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wasahlan Bikhudurikum

Photo Cube Generator

Selasa, 31 Juli 2012

DO'A SEBELUM & SESUDAH MEMBACA AL-QUR'AN





DO'A SEBELUM MEMBACA AL-QUR'AN 

Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan sebelumnya bacalah Fatihah kemudian bacalah do'a ini, lalu akhirilah dengan membaca Fatihah kembali.

اَللَّهُمَّ بِا لْحَقِّ اَنْزَلْتَهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ .اَللَّهُمَّ عَظِّمْ رَغْبَتِى فِيهِ .وَاجْعَلْهُ نُورًا لِبَصَرِى. وَ شِفَاءً لِصَدْرِى .اَللَّهُمَّ زَيِّنْ بِهِ لِسَانِى. وَجَمِّلْ بِهِ وَجْهِى. وَقَوِّ بِهِ جَسَدِى .وَارْزُقْنِى تِلاَوَتَهُ عَلَى طَاعَتِكَ. آَنَاءَ اللَّيْلِ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ. وَاحْشُرْنِى مَعَ انَّبِىِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ آلِهِ الْاَخْيَارِ.

ALLAHUMMA BİL HAQQİ ANZALTAHU WABİL HAQQİ NAZAL. ALLAHUMMA 'AZZİM ROGBATİ FİİHİ WAJ'ALHU NUURON Lİ BASORİ, WA SYİFAA-AN LİSODRİİ. ALLAHUMMA ZAYYİN BİHİİ LİSAANİİ, WA JAMMİL BİHİİ WAJHİİ, WA QOWWİ BİHİİ JASADİİ, WARZUQNİİ TİLAA WA TAHUU 'ALAA TOO'ATİK, AANAA ALLAYLİ WA ATROO FANNAHAAR. WAHSYURNİİ MA'AN NABİYYİ MUHAMMADİN SHOLLALLAHU TA'AALA 'ALAYHİ WASALLAMA WA AALİHİİL AKHYAAR. 

Artinya :
"Yaa Allah dengan Hak-Mu, Engkau menurunkan Al-quran, dengan Kebenaran (Hak-Mu) pula Al-quran turun. "Yaa Allah, dengan Al-quran, Besarkanlah semangatku, jadikanlah Al-quran sebagai cahaya untuk penglihatanku dan obat untuk hatiku. "Yaa Allah, Hiasilah lisanku dengan Al-quran, dengan Al-quran indahkanlah wajahku, dengan Al-quran kuatkanlah jasadku, karuniakanlah bacaan ini atas taat kepadamu sepanjang malam dan siang. Dan kumpulkanlah aku bersama Nabi Muhammad SAW dan para keluarganya yang terpilih".

Rasulullah Shollallahu 'Alayhi Wasallam bersabda : ''Barang siapa membaca do'a ini sebelum memulai membaca Al-Qur’an maka dİa akan mendapatkan pahala sebanyak 50.000 untuk setiap hurufnya''
(Hadits Riwayat SHOHİH MUSLIM).

JADI KALAU KITA SUDAH MENGHATAMKAN AL-QUR’AN MAKA MENDAPATKAN 16.183.500.000 (16 MİLYAR 183 JUTA 500 RİBU PAHALA)
Mari perbanyaklah do'a ini dengan menyebarkannya kepada Kerabat anda...
saya harap do'a ini diprint dan di baca, lebih bagus lagi dihafal.
"Ilmu yang bermanfa'at adalah teman kita di qubur & penolong kita di yaumil qiyaamah".


DO’A SETELAH MEMBACA AL-QUR’AN :

اَللَّهُمَّ ارْ حَمْنِى بِالْقُرْاٰنِ وَجْعَلْهُ لِى اِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً اَللَّهُمَّ ذَكِّرْنِى مِنْهُ مَا نَسِيْتُ وَعَلِّمْنِى مِنْهُ مَاجَهِلْتُ وَارْزُقْنِى تِلاَوَتَهُ اٰنَۤاءَ للَّيْلِ وَ اَطْرَافَ النَّهَارِ وَجْعَلْهُ لِى حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
 
ALLAHUMMARHAMNİİ BİL QUR’ÂN, WAJ’ALHU Lİİ İMÂMAW WA NUUROO, WA HUDAA WA ROHMAH. ALLAHUMMA DZAKKİRNİİ MİNHU MAA NASİİTU, WA ‘ALLİMNİİ MİNHU MAA JAHİLTU, WARZUQNİİ TİLAAWATAHU AANAA-ALLAYLİ WA ATHROO FANNAHAAR, WAJ’ALHU Lİİ HUJJATAN, YAA ROBBAL ‘AALAMİİN.

 Yaa Allah curahkanlah rahmat kepadaku dengan Al-Qur’an, dan jadikan Al-Qur’an sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat bagiku. Yaa Allah ingatkanlah aku terhadap apa yang telah aku lupakan dari Al-Qur’an. Ajarilah aku apa-apa yang belum aku ketahui dari Al-Qur’an. Anugerahilah aku kemampuan untuk senantiasa membacanya sepanjang malam dan siang. Jadikanlah Al-Qur’an hujjah  bagiku ( yang dapat menyelamatkanku) Wahai Tuhan Seluruh ‘Alam.

____________________








SUMBER :  (Pecinta Islam)





Minggu, 15 Juli 2012

Jadwal Puasa Ramadhan 2012/1433 H untuk Wilayah Sumenep dan Sekitarnya




 Jadwal Puasa Ramadhan 2012/1433 H untuk Wilayah Sumenep dan Sekitarnya

Tahun 1433 H / 2012 M
Kota Sumenep, Jatim (Lat:7°1'LS Lon:113°51'BT GMT+7)


Marhaban
Yaa Ramadhan
1433 H
Semoga Amal & Ibadah kita di Bulan Ramadhan ini., Senantiasa mendapatkan Rahmat, Barokah & Maghfirah Dari Allah SWT.....!!!!
Aamiin.
 
  ▒▒▒▒ Azimuth Arah Kiblat kota Sumenep, Jatim = 293,75 °
▒▒▒▒  
No.ImsakSubuhTerbitDhuhaZuhurAsharMagribIsya'
0004:0804:1805:3605:5911:3314:5517:2618:40
0104:0804:1805:3605:5911:3314:5517:2618:40
0204:0804:1805:3605:5911:3314:5517:2618:40
0304:0804:1805:3605:5911:3314:5517:2718:40
0404:0804:1805:3605:5911:3314:5517:2718:40
0504:0804:1805:3605:5911:3314:5517:2718:40
0604:0804:1805:3505:5811:3314:5517:2718:40
0704:0804:1805:3505:5811:3314:5517:2718:40
0804:0804:1805:3505:5811:3314:5517:2718:40
0904:0804:1805:3505:5811:3314:5517:2718:40
1004:0804:1805:3505:5811:3314:5517:2718:40
1104:0804:1805:3505:5811:3314:5517:2718:40
1204:0804:1805:3405:5711:3314:5517:2718:40
1304:0804:1805:3405:5711:3314:5517:2718:40
1404:0704:1705:3405:5711:3314:5517:2818:40
1504:0704:1705:3405:5711:3314:5417:2818:40
1604:0704:1705:3405:5711:3314:5417:2818:40
1704:0704:1705:3305:5611:3214:5417:2818:39
1804:0704:1705:3305:5611:3214:5417:2818:39
1904:0704:1705:3305:5611:3214:5417:2818:39
2004:0704:1705:3205:5511:3214:5417:2818:39
2104:0604:1605:3205:5511:3214:5317:2818:39
2204:0604:1605:3205:5511:3214:5317:2818:39
2304:0604:1605:3205:5511:3214:5317:2818:39
2404:0604:1605:3105:5411:3114:5317:2818:39
2504:0604:1605:3105:5411:3114:5217:2818:39
2604:0504:1505:3005:5311:3114:5217:2818:38
2704:0504:1505:3005:5311:3114:5217:2718:38
2804:0504:1505:3005:5311:3114:5117:2718:38
2904:0404:1405:2905:5211:3014:5117:2718:38
  ▒▒▒▒ Azimuth Arah Kiblat kota Sumenep, Jatim = 293,75 °
▒▒▒▒


Jadwal Puasa Ramadhan 2012/1433 H untuk Wilayah Sumenep dan Sekitarnya
Keterangan Jadwal diatas:
1. Awal Ramadhan dan Syawwal 1433 H mengikuti Keputusan Pemerintah RI.
2. Jadwal berlaku untuk wilayah kota ybs. dengan radius maksimal +/- 25 km.
3. Jadwal sudah ditambah waktu ihtiyati (pengaman) sebesar +/- 2 menit.
4. Jadwal berdasarkan Kriteria Jadwal Shalat Kementerian Agama RI.

KRITERIA JADWAL SHALAT KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
1). Imsak 10 menit sebelum waktu Subuh.
2). Subuh saat Matahari berada pada sudut -20° di bawah horizon Timur ditambah ihtiyati 2 menit.
3). Syuruq / Terbit saat Matahari terbit dikurangi ihtiyati 2 menit.
4). Dhuha saat Matahari berada pada sudut 4,5° di atas horizon setelah terbit ditambah ihtiyati 2 menit.
5). Zuhur saat Matahari melintas Meridian (zawal/istiwa/noon) ditambah ihtiyati 2 menit.
6). Ashar saat panjang bayangan Matahari = panjang benda + panjang bayangan benda waktu Zuhur
ditambah ihtiyati 2 menit.
7). Maghrib saat Matahari terbenam ditambah ihtiyati 2 menit.
8). Isya' saat Matahari berada pada sudut -18° di bawah horizon Barat ditambah ihtiyati 2 menit.
Persembahan by : rukyatulhilal.org





Sabtu, 14 Juli 2012

Hawa Mengenali Adam: Tulang Rusuk Mengenali Siapa Pemiliknya





“Sejak diturunkan ke bumi, Hawa terus memikirkan Nabi Adam. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa ia sanggup hidup sendirian di bumi ini? Hawa bertekad untuk bertemu Nabi Adam. Hawa terus berjalan menyusuri bumi. Sesekali ia beristirahat sambil makan buah-buahan. Ia terus berdoa kepada Allah agar segera dipertemukan dengan Nabi Adam. Hawa tiba di sebuah padang pasir dan bukit yang sangat gersang. Ia sudah sangat kelelahan dan hampir putus asa. Kemudian ia berdoa kepada Allah dengan sangat khusyuk. Rupanya Allah mengabulkan doanya. Hawa melihat sosok yang sangat ia kenali. Ia adalah Nabi Adam. Hawa memanggil Nabi Adam dan Nabi pun memanggil Hawa dengan penuh kerinduan. Inilah saat yang paling membahagiakan bagi mereka.”  Itulah sepenggal kisah tentang pertemuan Adam dan Hawa di bumi dalam buku “Ensiklopedia Kisah Al-Qur’an” terbitan Gema Insani Press. Mungkin kisah ini pun menggambarkan manusia pada umumnya. Tabiat perempuan yang peduli tergambar jelas dalam penggalan cerita di atas. Hawa terus memikirkan Nabi Adam dan ingin segera bertemu dengan Nabi Adam. Apa alasannya? Ternyata, bukan karena sekadar melepas rindu dirinya pada Adam, tapi lebih memikirkan bagaimana keadaan Nabi Adam sekarang? Apakah Adam sanggup hidup sendiri di bumi? Hawa tak memikirkan dirinya sendiri. Itulah sifat dasar perempuan, ketika memutuskan sesuatu ia selalu mempertimbangkan orang lain bukan hanya kepentingan dirinya sendiri.

Ya, karena Allah menciptakan Hawa untuk menemani Adam ketika di syurga. Allah tahu bahwa Adam tak bisa hidup sendiri. Walaupun dengan kenikmatan-kenikmatan syurga yang telah ia dapatkan, tetap saja seorang Adam membutuhkan teman. Maka, Allah ciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam untuk menemani Adam di syurga.


Ketika diturunkan ke bumi dan mereka berpisah, maka naluri masing-masing pasti akan saling mencari. Dan dalam pencarian di sini digambarkan secara jelas kekhawatiran Hawa akan kondisi Adam di bumi: sanggupkah Adam hidup sendirian?


Hawa pun terus berusaha menelusuri bumi demi bertemu Adam. Uniknya, di buku ini tak diceritakan bagaimana usaha Adam menemukan Hawa, tapi lebih kepada bagaimana usaha Hawa menemukan Adam. Pastinya tak bisa dipungkiri juga bahwa tentunya Adam pun berusaha keras untuk bertemu dengan Hawa karena di syurga yang penuh kenikmatan saja Adam membutuhkan seorang teman, bagaimana dengan ketika di bumi yang berbeda jauh dari segi kenikmatan di syurga? Tentu Adam sangat membutuhkan seorang teman terlebih ketika berada di bumi. Dan tentunya ada rasa kehilangan ketika Hawa yang biasanya menemaninya di syurga tak ada di sisinya.


Memang agak sedikit berbeda, penggambaran pertemuan itu diangkat dari sisi Hawa yang berusaha bertemu Adam. Tak diceritakan pencarian seorang Adam namun lebih ditekankan pada pencarian seorang Hawa yang menunjukkan rasa pedulinya pada Adam. Hawa terus berjalan, beristirahat, berdoa di tengah lelah. Hingga akhirnya di tengah lelah yang begitu sangat dan dalam kondisi hampir putus asa, di gurun pasir yang panas dan gersang, doa khusyuknya dikabulkan Allah dan dipertemukanlah ia dengan sosok yang ia kenal. Ya, ternyata Hawa-lah yang mengenali Adam lebih dulu ketika bertemu. Sungguh, tulang rusuk mengenali siapa pemiliknya.


Mungkin akan terlontar pertanyaan begini: “Nabi Adam dan Hawa itu kan cuma dua-duanya manusia di bumi. Jadi ketika bertemu mudah untuk saling mengenali. Lantas bagaimana dengan kita yang jumlah penduduk bumi sudah sekian milyar banyaknya? Bagaimana kita bisa tahu bahwa dialah tulang rusuk kita (bagi laki-laki) atau dialah pemilik tulang rusuk ini (bagi perempuan)?


Di sinilah letak proses ta’aruf itu berperan. Tentunya ta’aruf yang syar’i, bukan sekadar kata ta’aruf namun jauh nilai-nilainya dari sebuah proses ta’aruf. Ta’aruf lah ajang saling mengenal yang [katanya] akan terasakan di sana siapa tulang rusuk atau pemilik tulang rusuk kita.


Mari kutunjukkan kisah dua orang akhwat. Ada seorang akhwat yang merasa klop dengan seorang ikhwan, merasa saling cocok, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk ta’aruf. Dalam proses ta’aruf, ternyata istikharah sang akhwat tak mantap dan ada keraguan di sana. Ta’aruf pun kandas di tengah jalan. Awalnya sebelum ta’aruf, sang akhwat menganggap bahwa ikhwan itulah pemilik tulang rusuknya. Tapi ternyata, setelah ta’aruf, bukan ikhwan itu pemilik tulang rusuknya.


Qadarullah, sang akhwat dipertemukan dengan seorang ikhwan yang belum pernah dikenal dan dipertemukan dalam sebuah proses ta’aruf. Sang akhwat pun mantap, tak ada keraguan sedikit pun dalam istikharahnya. Akhirnya, mereka menikah.


Satu lagi, ada seorang akhwat yang memblacklist seorang ikhwan untuk menjadi calon suaminya karena merasa tidak cocok secara karakter. Namun ternyata sang ikhwan berkeinginan untuk ta’aruf dengan sang akhwat. Awalnya sang akhwat menolak untuk berta’aruf dengan sang ikhwan. Atas nasihat sang guru ngaji dan istikharah beberapa kali, sang akhwat pun mencoba untuk berta’aruf dengan ikhwan yang dimaksud. Hingga akhirnya, mereka menikah.


Terlihat jelas bukan? Bahwa memang hanya sebuah proses ta’aruf yang syar’i-lah yang bisa mendatangkan petunjuk Allah. Dan sebaik-baik petunjuk itu adalah petunjukNYA.


Ada sebuah penggalan dalam artikel yang pernah dibaca:


“Kalau kita tidak mau mencoba ta’aruf, bagaimana mungkin kita tahu ia jodoh kita atau bukan. Kalau kita ta’aruf, kita akan tahu. Jika berhasil, berarti jodoh. Kalau belum berhasil, berarti belum jodoh. Iya, kan?!”


Jadi, memang benar, kita takkan pernah tahu siapa jodoh kita di dunia, kita takkan pernah tahu siapa pemilik tulang rusuk kita (bagi perempuan), atau siapa tulang rusuk kita yang belum ditemukan (bagi laki-laki), sebelum proses ta’aruf. Dari proses ta’aruflah, Allah memberikan petunjukNYA, menunjukkan siapa yang terbaik untuk kita.


So, buat para ikhwan yang sedang merasa seseorang itu sebagai tulang rusukmu, cobalah ta’aruf dulu. Baru kamu bisa bilang kalau dia tulang rusukmu atau bukan setelah proses ta’aruf. Dan tentunya disertai musyawarah dan istikharah. Dua hal inilah yang tak boleh ditinggalkan ketika proses ta’aruf.


Dan buat para akhwat yang berkali-kali gagal dalam proses ta’aruf, yakinlah memang mungkin belum saatnya dipertemukan dengan pemilik tulang rusukmu. Bersabarlah dan teguhkanlah kesabaranmu. Insya Allah semua kan indah pada waktunya.


Pada akhirnya, sebaik-baik jodoh adalah jodoh di akhirat, jodoh yang kekal. Namun sejatinya kita takkan pernah tahu siapa jodoh kita di akhirat. Karena belum tentu jodoh di dunia juga otomatis jodoh di akhirat. Maka yang bisa diikhtiarkan saat ini adalah mencari jodoh di dunia untuk membawanya menjadi jodoh di akhirat pula.


“Ya Allah Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami nikmat di dunia dan juga nikmat di akhirat. Dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka…”


Aamiin…


dia
sebuah nama yang belum tereja

dia
sebuah rupa yang belum tersketsa

dia
sebuah sosok yang entah dimana

dia
calon nahkoda
sebuah biduk rumah tangga

dia
kuyakin ada
karna hati yang merasa
Rabbana
Jaga ia di manapun berada
Mudahkan langkahnya
Tunjukkan jalannya
Luruskan niatnya
Bulatkan tekadnya
Mantapkan hatinya
Berkahilah rizkinya
Hingga akhirnya
KAU pertemukan aku dengannya

Dalam suatu ikatan suci nan mulia
Mitsaqan ghalizha.

____________________







Selasa, 10 Juli 2012

SHALAT BERJAMA'AH DAN IMAMAH (Bagian 1)




عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ (صَلَاةُ اْلجَمَاعَةِ اَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ اْلفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةٍ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    421.    Dari 'Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda : Shalat berjama'ah lebih utama dua puluh tujuh derajat pada shalat sendiri-sendiri.
    Muttafaq 'alaih.

وَلَهُمَا عَنْ اَبِيْ هُرَيرَةَ : بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ جُزْءًا
    422.    Dan bagi keduanya dari Abi Hurairah : dua puluh lima juzu'.

وَكَذَا لِلْبُخَارِيِّ عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ، وَقَالَ : دَرَجَةً
    423.    Dan juga bagi Bukhari dari Abi sa'id, dan ia (Nabi saw) barkata : . . . . . . . . derajat.

KETERANGAN :
        I.    Menurut Hadits riwayat Ibnu 'Umar,bahwa shalat berjama'ah itu lebih tinggi dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendiri.
        II.    Menurut riwayat Abi Hurairah, dua puluh juzu'.
        III.    Menurut riwayat Abi Sa'id, dua puluh lima derajat.
        IV.    Di Hadits-hadits itu ada perselisihan tentang 25 dan 27. Adapun derajat dan juzu' itu, maksudnya sama, yakni shalat berjama'ah itu lebih utama daripada shalat sendiri dua puluh tujuh kali atau atau dua puluh lima kali.

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ (وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ اَنْ اَمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْتَطَبُ، ثُمَّ اَمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيَؤَذَّنَ لَهَا، ثُمَّ اَمُرَ رَجُلًا فَيُؤَمَّ النَّاسَ، ثُمَّ اُخَالِفَ اِلَى رِجَلٍ لَيَشْهَدُوْنَ الصَلَاةَ فَاُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ. وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْيَعْلَمُ اَحَدُهُمْ اَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِيْنًا اَوْمِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ اْلعِشَاءِ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيُّ
    424.    Dari Abi Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda : Demi (Tuhan) yang diriku di tangan-Nya, sesungguhnya aku hendak rasanya menyuruh (orang-orang membawa) kayu, lalu terkumpul, lalu aku perintah supaya (orang-orang) shalat, lalu diadakan adzan buatnya, kemudian aku perintah seorang mengimami orang ramai, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak hadir buat shalat lalu aku bakar rumah-rumah mereka buat kerugian mereka (Ada orang artikan : Aku bakar rumah-rumah mereka sedang mereka ada di dalamnya, atau aku bakar rumah-rumah bersama orang-orangnya) ; dan demi (Tuhan) ; yang diriku di tangan-Nya, sekiranya seorang dari mereka mengeahui bahwasanya ia akan mendapat tulang yang berdaging gemuk atau daging dua rusuk yang baik, niscaya ia hadir di shalat 'Isya'.
    Muttafaq 'alaih, tetapi lafazh itu bagi Bukhari.

وَعَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص.(اَثْقَلُ الصَّلَاةِ عَلَى اْلمُنَافِقِيْنَ : صَلَاةُ اْلعِشَاءِ، وَصَلَاةُ اْلفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَافِيْهِمَالَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    425.   Dan daripadanya. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. Seberat-berat shalat atas munafiqin ialah shalat 'Isya' dan shalat fajar; dan jika mereka tahu (ganjaran) yang ada pada keduanya, niscaya mereka datang kepada keduanya walaupun dengan merangkak.
    Muttafaq 'alaih.

KETERANGAN :
        I.    Dengan berdasarkan Hadits ke 424 dan lainnya yang semakna dengannya, sebahagian dari 'ulama membikin fatwa bahwa berjama'ah itu wajib.
        II.    Tetapi menurut Hadits ke 421, 422, 423 dan menurut Hadits Bukhari yang tidak tersebut di sini, yaitu : Orang yang paling besar ganjarannya di dalam urusan shalat ialah orang yang paling jauh perjalanannya ke shalat itu, kemudian yang kurang dari itu; dan orang yang menunggu shalat berjama'ah hinngga bershalat bersama imam. lebih besar ganjarannya daripada orang yang shalat (sendiri) lalu tidur, maka berjama'ah itu satu sunnat yang sangat kuat, bukan satu syarat, wajib atau fardhu.
        III.    Hadits ke 424 itu tidak jelas menunjukkan wajib berjama'ah, hanya menunjukkan wajib hadir buat shalat. Bisa jadi mereka itu segolongan dari munafiqin yang tidak hadir shalat bersama Rasulullah saw.

وَعَنْهُ قَالَ : اَتَى النَّبِيَّ ص. رَجُلٌ اَعْمَى فَقَالَ : يَارَسُوْلَ اللهِ، اَنَّهُ لَيْسَ لِيْ قَاعِدٌ يَقُوْدُنِيْ اِلَى اْلمَسْجِدِ، فَرَخَّصَ َلهُ، فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ. فَقَالَ(هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ؟). قَالَ: نَعَمْ. قَالَ (فَاَجِبْ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    426.    Dan daripadanya. Ia berkata : Telah datang kepada Nabi saw. seorang buta (yaitu 'Umar bin Ummi Maktum) lalu ia berkata : Ya Rasulullah ! sesungguhnya saya tidak mempunyai penuntun yang bisa memuntun saya ke masjid, maka ia (Rasulullah saw) beri kelonggaran baginya, tetapi setelah ia berpaling (hendak) pergi, ia (Rasulullah saw) panggil dia lalu bertanya : Adakah engkau dengar adzan untuk shalat? ia menjawab : Ada. Sabdanya : Kalau begitu, hendaklah engkau datang.
Diriwayatkan dia oleh Muslim.

KETERANGAN :
        I.    Diketerangkan yang baru lewat, saya telah terangkan bahwa berjama'ah itu wajib dan tidak fardhu dan bukan syarat bagi shalat fardhu.
        II.    Hadits ke 426 tidak tegas menunjukkan kepada wajib berjama'ah tetapi menurut supaya orang buta itu datang bershalat di masjid Rasulullah saw., jika ia dengar adzan. Sekiranya berjama'ah itu wajib, tentulah Rasulullah saw. suruh dia shalat di kampungnya dengan berjama'ah.
        III.    Dari itu, ada sebahagian 'ulama, faham, bahwa tuntutan supaya orang buta itu datang ke masjid Nabi saw. adalah tuntunan sunnah yang keras, buat meramaikan masjid, karena jika orang Islam tidak meramaikannya, maka mereka yang belum kuat imannya akan lemah.
        IV.    Tentang tidak wajib shalat di masjid tetapi lebih utama itu, ada beberapa Hadits :
                a.    Riwayat Ahmad dan Mihyan bin Abra' yang shalat di rumah, lalu ia datang ke masjid dan tidak turut berjama'ah maka sabda Rasulullah kepadanya : Apabila engkau datang di tempat yang orang bershalat berjama'ah, turutlah kerjakan, dan jadikanlah dia shalat sunnat.
                b.    Riwayat Ahmad dan Nasa'i dari Sulaiman, bahwa Ibnu 'Umar pernah shalat di rumahnya, padahal orang ramai shalat di masjid.
                c.    Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan Nasa'i dari Yazid bin al-Aswad. Sabda Rasulullah saw. : Barangsiapa sudah shalat di rumah, kemudian bertemu shalat berjama'ah, hendaklah ia shalat lagi, karena shalat yang kedua ini jadi sunnat.
                d.    Hadits ke 434 dan 446 juga menunjukkan boleh seseorang shalat sendiri, yakni tidak wajib berjama'ah.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ ص. قَالَ (مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ وَلَمْ يَأْتِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ اِلَّا مِنْ عُذْرٍ) رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّرَقُطْنِيِّ وَابْنُ حِبَّانَ وَاْلحَكِمُ وَاِسْنَادُهُ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ، وَلَكِنْ رَجَّحَ بَغْضُهُمْ وَقْفَهُ
    427.    Dari Ibnu 'Abbas, dari Nabi saw. ia bersabda : Barangsiapa mendengar adzan tetapi tidak datang, maka tidak ada shalat baginya, kecuali lantaran 'udzur.
    Diriwayatkan dia oleh Ibnu Majah dan Daraquthni dan Ibnu Hibban dan Hakim, dan Isnadnya itu menurut syarath Muslim, tetapi sebahagian dari mereka (Ahlul-Hadits) rajihkan mauqufnya.

KETERANGAN :
        I.    Oleh sebab banyak alasan yang menunjukkan tidak wajib berjama'ah, maka tuntutan yang ada di Hadits ke 427 itu bukan tuntutan wajib.
        II.    Tidak ada shalat baginya itu berarti : Tidak ada baginya shalat yang lebih afdhal.

عَنْ يَذِيْدِ بْنِ اْلاَسْوَدِ. اَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص. صَلَاةَ الصُّبْحِ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص، اِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا، فَدَعَا بِهِمَا فَجِيْءَ بِهِمَا تَرْعُدُ فَرَا ئِصُهُمَا، فَقَالَ لَهُمَا (مَامَنَعَكُمَا اَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا ؟) قالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِيْ رِحَالِنَا. قَالَ (فَلَا تَفْعَلَا، اِذَا صَلَّيْتُمَا فِيْ رِحَالِكُمَا ثُمَّ اَدْرَكْتُمَا اْلاِمَامَ يُصَلِّيْ فَصَلِّيَا مَعَهُ، فَاِنَّهَا لَكُمَانَا فِلَةٌ). رَوَاهُ اَحْمَدُ، وَاللَّفْظُ لَهُ، وَالثَّلَاثَةُ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ
    428.    Dari yazid bin al-Aswad, bahwasanya ia pernah shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. shalat, (ketahuan) ada dua orang yang tidak shalat, maka ia (suruh) panggil mereka, lalu dibawa mereka dalam keadaan gemetar daging rusuk mereka. Sabdanya kepada mereka : Apa yang menghalangi kamu berdua tidak turut shalat bersama kami, jawab mereka : kami telah shalat di tempat kami. Sabdanya : Jangan kamu berbuat (demikian). Apabila kamu telah shalat di tempat kamu, kemudian kamu bertemu imam yang belum shalat, maka hendaklah kamu shalat besertanya, karena yang demikian itu jadi (shalat) sunnat buat kamu.
    Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan lafazh itu baginya, dan oleh "Tiga" dan disahkan dia oleh Ibnu Hibban dan Tirmidzi.
____________________






Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)




Selasa, 03 Juli 2012

SHALAT SUNNAT (Bagian 4)




وَلِاَبِيْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيِّ نَحُوْهُ عَنْ عَائِشَةَ وَفِيْهِ : كُلُّ سُوْرَةٍ فِيْ رَكْعَةٍ، وَفِيْ اْلاَخِيْرَةِ (قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ) وَاْلمُعَوَّذَتَيْنِ
    409.    Dan bagi Abi Dawud dan Tirmidzi seperti itu (juga) dari 'Aisyah, dan di situ (tersebut) : Tiap-tiap surah pada satu raka'at dan di (raka'at) yang akhir Qul huwallah dan dua Mu'auwadzah (Qul a'udzu birabbil falaq dan Qul a'udzu birabbbin-nash).

عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ قَالَ : (اَوْتِرُوْا قَبْلَ اَنْ تُصْبِحُوْا). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    410.    Dari Abi Sa'id al-Khudri bahwasanya Nabi saw. Telah bersabda : Berwitirlah sebelum kamu masuk pada waktu Shubuh.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

وَلِاَبِيْ حِبَّانَ :مَنْ اَدْرَكَ الصُّبْحَ وَلَمْ يُوْتِرُ فَلَا وِتْرَالَهُ
    411.    Dan bagi Ibnu Hibban : Barangsiapa dapati Shubuh padahal ia belum witir, maka tidak ada witir baginya (Lantaran sudah habis waktunya).

وَعَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص. (مَنْ نَامَ عَنِ اْلوِتْرِ اَوْ نَسِيَهُ فَلْيُصَلِّيْ اِذَا اَصْبَحَ اَوْ ذَكَرَ). رَوَاهُ اْلخَمْسَةُ اِلَّا النَّسَائِيِّ
    412.    Dan daripadanya. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Barangsiapa tertidur dari shalat witir atau ia lupa kepadanya, maka hendaklah ia shalat apabila ia bangun pagi atau ingat.
    Diriwayatkan dia oleh "Lima" kecuali Nasa'i.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. (مَنْ خَافَ اَنْ لَايَقُوْمَ مِنْ اَخِر اللَّيْلِ فَلْيُوْتِرَ اَوَّلَهُ، وَمَنْ طَمِعَ اَنْ يَقُوْمَ اَخِرَهُ فَلْيُوْتِرَ اَخِرَ اللَّيْلِ، فَاِنَّ صَلَاةَ اَخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُوْدَةٌ، وَذَلِكَ اَفْضَلُ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    413.    Dari Jabir. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Barangsiaapa khawatir bahwa ia tidak akan bangun pada akhir malam, maka boleh ia witir pada awalnya. dan barangsiapa percaya bahwa bisa ia bangun di akhirnya, maka hendaklah ia witir di akhirnya, karena akhir malam itu di saksikan (yakni dihadiri oleh malaikat) yang demikian itu lebih utama.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

KETERANGAN :
        I.    Hadits ke 411, maksunya, barangsiapa tidak berwitir hingga Shubuh, tidak ada shalat witir baginya.
        II.    Hadits ke 412 menerangkan barangsiapa tertidur atau lupa, boleh ia shalat witir apabila masuk waktu Shubuh atau bila ia ingat.


عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ ص.قَالَ (اِذَا طَلَعَ اْلفَجْرُ فَقَدْ ذَهَبَ وَكْتُ كُلِّ صَلَاةِ اللَّيْلِ وَاْلوِتْرِ. فَاَوْتِرُوْ قَبْلَ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ). رَوَاهُ التِرْمِذِيُّ
    414.    Dari Ibnu 'Umar, dari Nabi saw. ia bersabda : Apabila terbit fajar maka habislah semua waktu shalat malam dan witir, oleh itu berwitirlah kamu sebelum terbit fajar.
    Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi.

عَنَ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص. يُصَلِّي الضُّحَى اَرْبَعًا، وَيَزِيْدُ مَاشَاءَاللهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    415.    Dari 'Aisyah. Ia berkata : Adalah Rasulullah saw. Shalat dhuha empat (raka'at) dan ia tambah sebanyak yang dikehendaki oleh Allah (maksudnya, seberapa sesorang suka kerjakan).
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

وَلَهُ عَنْهَا : اَنَّهَا سُئِلَتْ: هَلْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّيْ الضُّحَى؟ قَلَتْ :لَا، اِلَّا اَنْيْجِيْئَ مِنْ مَغِيْبِهِ
    416.    Dan baginya. Daripadanya. Bahwasanya ia di tanya : Adakah Rasulullah saw. shalat Dhuha ? Ia menjawab : Tidak ! kecuali apabila ia datang dari perjalanannya.


وَلَهُ عَنْهَا : مَارَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يُصَلِّيْ قَطُّ سُبْحَةَ الضُّحَى، وَاِنِّيْ لَأُسَبِّحُهَا
    417.    Dan baginya. Daripadanya : Saya tidak lihat Rasulullah saw. shalat sunnat Dhuha (dengan tetap), tetapi saya mengerjakannya (dengan tetap).

عَنْ ذَيْدِ بْنِ اَرْقَمَ، اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (صَلَاةُ اْلاَوَّبِيْنَ حِيْنَ تَرْمِضُ اْلفِصَالُ). رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
    418.    Dari Zaid bin Arqam, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda : shalat orang yang banyak bertaubat itu ialah ketika anak-anak onta kepanasan.
    Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi.

KETERANGAN :
        Dari terbit matahari hingga gelincirnya ada kira-kira enam jam. Waktu Dhuha itu adalah kira-kira dua jam dipertengahan enam jam itu, yaitu kira-kira jam 8 sampai 10; di waktu anak-anak onta mulai merasa kepanasan matahari.

عَنْ اَنَسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص.(مَنْ صَلَّى الضُّحَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ ثَمَانِيَ رَكَعَةً بَنَى اللهُ قَصْرًا فِيْ اْلجَنَّةِ). رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَاسْتَغْرَبَهُ
    419.    Dari Anas. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Barangsiapa shalat Dhuha dua belas raka'at, niscaya Allah dirikan baginya satu mahligai di surga.
    Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi dan ia anggap dia gharib (menurut ish-thilah Tirmidzi, adalah dengan makna "lemah").

عَنْ عَائِشَةَ قَلَتْ :(ذَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص. بَيْتِيْ، فَصَلَّى الضُّحَى ثَمَانِيْ رَكَعَاتٍ، رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ فِيْ صَحِيْحِهِ
    420.    Dari 'Aisyah. Ia berkata : Rasulullah saw. masuk ke rumah saya lalu ia shalat Dhuha delapan raka'at.
    Diriwayatkan dia oleh Ibnu Hibban di (kitab) sahihnya.


KETERANGAN :
        I.    Sunnat Dhuha itu kira-kira antara jam 8 sampai jam 10 siang.
        II.    Raka'atnya tidak ditetapkan oleh Rasulullah saw. tetapi riwayat-riwayat menunjukkan bahwa Rasulullah saw, kerjakan Dhuha empat, delaapan atau dua belas raka'at.
        III.    Riwayat-riwayat tidak menunjukkan bahwa Rasulullah saw., mengerjakan dengan tetap.
____________________






Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)




Senin, 02 Juli 2012

SHALAT SUNNAT (Bagian 3)




وَرَوَى اَحْمَدُ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ نَخْوَهُ
    397.    Dan diriwayatkan dia oleh Ahmad dari 'Amr bin Syu'aib dari bapanya dari datuknya seperti itu (juga).

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص.(اَلْوِتْرُ حَقٌّ فَمَنْ لَمْ يُوْتِرْ فَلَيْسَ مِنَّا) اَخْرَجَهُ اَبُوْ دَاوُدَ بِسَنَدٍ لَيِّنٍ، وَصَحَّحَهُ اْلحَاكِمُ
    398.    Dari 'Abdullah bin Buraidah, dari bapanya, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Witir itu haq (Hak disini, maksudnya satu tuntutan ringan) : maka barangsiapa tidak berwitir, bukanlah ia dari kami (bukan dari orang-orang memperhatikan sunnah kami).
    Dikeluarkan dia oleh Abu Dawud dengan sanad yang lembek dan di sahkan dia oleh Hakim.

وَلَهُ شَاهِدٌ ضَعِيْفٌ عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ عِنْدَ اَحْمَدَ
    399.    Dan bagi (Hadits) itu ada satu penyaksi yang lemah dari Abi Hurairah di sisi Ahmad.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : مَاكَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص. يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلَا فِيْ غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّيْ اَرْبَعًا، فَلَاتَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّيْ اَرْبَعًا، فَلَاتَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّيْ ثَلَاثًا، قَالَ عَائِشَةُ، قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ، اَتَنَامُ قَبْلَ اَنْ تُوْتِرَ؟ قَالَ : (يَاعَائِشَةُ، اِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِيْ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    400.    Dari 'Aisyah. Ia berkata : Tidak pernah Rasulullah saw. kerjakan (tathawwu') di Ramadhan dan tidak di lainnya lebih daripada sebelas raka'at, (yaitu) ia shalat empat (raka'at) - jangan engkau tanya tentang bagusnya dan panjangnya - kemudian ia shalat empat (raka'at) - jangan engkau tanya tentang bagusnya dan panjangnya - kemudian ia shalat tiga (raka'at).
    Berkata 'Aisyah : Saya bertanya : Ya Rasulullah apakah paduka tuan hendak tidur sebelum witir ?
    Sabdanya : Ya 'Aisyah ! sesungguhnya dua mataku tidur, tetapi tidak tidur hatiku.
    Muttafaq 'alaih.

KETERANGAN :
        I.    Biasanya Rasulullah saw., shalat sunnah malam empat, empat dan tiga witir ; dan tidak tidur sebelum witir.
        II.    Pada satu kali, Rasulullah saw. hendak tidur  sebelum shalat witir, maka 'Aisyah bertanya : Mengapa Rasulullah hendak tidur sebelum witir ? Sabdanya : Dua mataku tidur, tetapi tidak tidur hatiku.
        III.    Apakah di waktu itu sahaja hati Rasulullah saw tidak tidur ? Perlu diperhatikan. menurut riwayat Muslim dan Ahmad, bahwa pernah Rasulullah saw. bersama sahabat-sahabatnya ketiduran dua kali di dalam safar hingga mereka shalat Shubuh sesudah terbit matahari.

وَفِيْ رِوَايَةٍ لَهُمَا عَنْهَا : كَانَ يُصَلِّيْ مِنَ اللَّيْلِ عَشْرَ رَكَعَاتٍ، وَيُوْتِرُ بِسَجْدَةٍ وَيَرْكَعُ رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ، فَتِلْكَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً
    401.    Dan pada satu riwayat bagi keduanya, daripadanya : Adalah Rasulullah Shalat waktu malam sepuluh raka'at dan ia witir dengan satu (raka'at) dan ia shalat dua raka'at (sunnat), fajar; maka yang demikian (berjumlah) tiga belas raka'at.

وَعَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص. يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُوْتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ، لَايَجْلِسُ فِيْ سَيْءٍ اِلَّا فِيْ اَخِرِهَا
    402.    Dan daripadanya. Ia berkata : Adalah Rasulullah saw. shalat pada waktu malam tiga belas raka'at, dan ia witir daripadanya dengan lima (raka'at); tidak ia duduk pada akhirnya.


KETERANGAN :
        I.     Maksudnya bahwa Rasulullah saw. shalat malam delapan raka'at dan witir lima raka'at, dan di witir itu tidak dudukmelainkan di akhirnya.
        II.    Bahwa Hadits ke 400 yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. tidak shalat lebih dari sebelas raka'at itu, maksudnya bahwa ghalibnya Rasulullah saw. shalat sebelas raka'at.

وَعَنْهَا قَالَتْ : مِنْ كُلِّ اللَّيْلِ قَدْ اَوْتَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص. وَانْتَهَى وِتْرُهُ اِلَى السَّحْرِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    403.    Dan daripadanya. Ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw. berwitir di tiap-tiap malam dan berakhir witirnya di waktu sahur.
    Muttafaq 'alaih.

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍ وَبْنِ اْلعَاصِ قَالَ : قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ ص.: (يَاعَبْدَاللهِ، لَتَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ، كَانَ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    404.    Dari 'Abdillah bin 'Amr bin al-Aash. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. kepadaku : Ya Abdullah ! Jangan kau jadi seperti si fulan; ia bershalat malam, lalu ia tinggalkan shalat malam.
    Muttafaq 'alaih.

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. (اَوْتِرُوْا يَا اَهْلَ اْلقُرْاَنِ، فَاِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ اْلوِتْرَ). رَوَاهُ اْلخَمْسَةُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ
    405.    Dari 'Ali. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Berwitirlah  kamu, hai ahli Qur'an ! karena sesungguhnya Allah itu witir (ganjil, tunggal) Ia suka kepada shalat witir.
    Diriwayatkan dia oleh "Lima" dan di sahkan dia oleh Ibnu Khuzaimah.
____________________







Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)



Minggu, 01 Juli 2012

SHALAT SUNNAT (Bagian 2)




وَفِيْ رِوَايَةٍ لِاِبْنِ حِبَّانَ اَنَّ النَّبِيَّ ص. صَلَّى قَبْلَ اْلمَغْربِ رَكْعَتَيْنِ
    384.    Dan pada satu riwayat bagi Ibnu Hibban, bahwasanya Nabi saw. telah shalat sebelum Maghrib dua raka'at.

وَلِمُسْلِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كُنَّا نُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَمْسِ وَكَانَ النَّبِيُّ ص. يَرانَا، فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا
    385.    Dan bagi Muslim dari Ibnu 'Abbas. Ia berkata : Biasa kami shalat dua raka'at sesudah matahari, sedang Nabi saw. melihat kami, tetapi ia tidak perintahkan kami dan tidak larang kami.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ ص. يُخَفِّفُ الرَّكْعَتَينِ اللَّتَيْنِ قَبْل صَلَاةِ الصُّبْحِ، حَتَّى اِنِّى قُوْلُ : اَقَرَأَ بِاُمِّ اْلكِتَابَ؟ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    386.    Dari 'Aisyah. Ia berkata : Adalah Nabi saw. meringkaskan dua raka'at sebelum Shubuh, hingga saya ragu-ragu adakah dia baca al-Fatihah (atau tidak) ?.
    Muttafaq 'alaih.

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص. قَرَأَ فِيْ رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ (قُلْ يَا اَيُّهَا الْكَفِرُوْنَ) وَ (قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ
    387.    Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi saw. membaca di dua raka'at fajar, Qul ya ayyuhalkafirun dan Qul huwallahu ahad.
    Diriwayatkan dia oleh Muslim.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبيُّ ص. اِذَا صَلَّى رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّتِ اْلاَيْمَنِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ
    388.    Dari 'Aisyah. Ia berkata : Adalah Nabi saw. apabila sudah shalat dua raka'at (sunnat) fajar, ia berbaring atas lambung kanannya.
    Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ ص.(اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمُ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ فَلْيَضْطَجِعْ عَلَى جَنْبِهِ اْلاَيْمَنِ). رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ
    389.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila seseorang dari kamu telah shalat dua raka'at sebelum shalat Shubuh, maka hendaklah ia berbaring atas lambung kanannya.
    Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia sahkan dia.

KETERANGAN :
    Hadits Nabi saw. perintah berbaring ini walaupun disahkan Tirmidzi, tetapi tidak boleh dijadikan alasan lantaran di sanadnya ada seorang yang lemah.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.(صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَاِذا خَشِيَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً، تُوْتِرُلَهُ مَاقَدْ صَلَّى). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
    390.    Dari Ibnu 'Umar. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Shalat malam itu ialah dua raka'at-dua raka'at, tetapi apabila dari seseorang kamu khawatir (terbitnya) Shubuh, boleh ia shalat satu raka'at (witir) yang mengganjilkan baginya shalat yang ia telah kerjakan.
    Muttafaq 'alaih.

وَلِلْخَمْسَةِ-وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ- بِلَفْظِ (صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى). وَقَالَ النَّسَائِيُّ : هَذَا خَطَأٌ
    391.    Dan bagi "Lima" dan disahkan dia oleh Ibnu Hibban, dengan lafazh, Shalat malam atau siang itu dua-dua raka'at. Tetapi berkata Nasa'i : Ini salah (yakni tambahan siang itu salah).

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.(اَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ اْلفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ). اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
    392.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Seutama-utama shalat selain shalat fardhu, ialah shalat malam.
    Dikeluarkan dia oleh Muslim.

عَنْ اَبِيْ اَيُّوْبٍ اْلاَنْصَرِيِّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ (اَلْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، مَنْ اَحَبُّ اَنْ يُوْتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ اَحَبُّ اَنْ يُوْتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ اَحَبُّ اَنْ يُوْتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ). رَوَاهُ اْلاَرْبَعَةُ اِلَّا التِّرْمِذِيَّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ، وَرَجَّحَ النَّسَائِيُّ وَقْفَهُ
    393.    Dari Abi Aiyub al-Anshari, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda : Witir itu ialah haq (Hak disini satu tuntutan yang ringan) atas tiap-tiap Muslim. Barangsiapa suka berwitir lima raka'at, boleh ia buat ; dan barangsiapa suka berwitir tiga raka'at, boleh ia buat ; dan barangsiapa suka berwitir satu raka'at, boleh ia buat.
    Diriwayatkan dia oleh "Empat" kecuali Tirmidzi dan disahkan dia oleh Ibnu Hibban dan ditarjihkan oleh Nasa'i kemauqufannya.

KETERANGAN :
        Mauquf : Hadits ini sekalipun mauquf, tetapi tentang sunnahnya witir satu raka'at, tiga raka'at dan lima raka'at, ada lain-lain Hadits yang sah (A.Q).

عَنْ عَلِيِّ بْنِ اَبِيْ طَالِبٍ قَال : لَيْسَ اْلوِتْرُ بِحَتْمٍ كَهَيْئَةِ اْلمَكْتُوْبَةِ، وَلَكِنْ سُنَةٌ سَنَّهَا رَسُوْلَ اللهِ ص. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ. وَالنَّسَائِيُّ وَاْلحَكِيْمُ وَصَحَّحَهُ
    394.    Dari 'Ali bin Abi Thalib. Ia berkata : Bukanlah witir itu kemestian sebagaimana (shalat) yang diwajibkan, tetapi adalah ia satu sunnat yang disunnatkan oleh Rasulullah saw.
    Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi dan ia hasankan dia dan oleh Nasa'i dan Hakim dan ia sahkan dia.


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللهِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَامَ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ، ثُمَّ انْتَظَرُوْهُ مِنَ اْلقَابِلَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ، وَقَالَ (اِنِّيْ خَشِيْتُ اَنْ يُكْتَبَ عَلَيْكُمُ اْلوِتْرُ). رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ
    395.    Dari Jabir bin 'Abdullah, bahwasanya Rasulullah saw. berdiri (Bershalat tarawih) di bulan Ramadhan, kemudian mereka (sahabat-sahabat) tunggu dia di malam yang kedua, tetapi ia tidak keluar, dan ia bersabda : Sesungguhnya aku takut akan diwajibkan atas kamu shalat witir (maksudnya tarawih dan witir).
    Diriwayatkan dia oleh Ibnu Hibban.

 
KETERANGAN :
        Menurut riwayat Bukhari bahwa Rasulullah saw. bersabda : Aku takut di fardhukan atas kamu shalat malam, jika aku mengerjakan terus-menerus.


عَنْ خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.(اِنَّ اللهَ اَمَدَّكُمْ بِصَلَاةٍ هِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِالنَّعَمِ) قَلْنَا : وَمَا هِيَ يَارَسُوْلَ اللهِ؟.قَالَ (اَلْوِتْرُ، مَابَيْنَ صَلَاةِ اْلعِشَاءِ اِلَى طُلُوْعِ اْلفَجْرِ). رَوَاهُ اْلخَمْسَةُ اِلَّا النِّشَائِيَّ، وَصَحَّحَهُ اْلحَكِيْمُ
    396.    Dari Kharijah bin Hudzafah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah membantu kamu (yakni bantu membanyakkan amal kamu) dengan shalat yang ia itu lebih baik bagi kamu daripada onta-onta yang merah (orang arab sangat utamakan onta yang warnanya kemerah-merahan daripada yang lainnya). Kami (sahabat-sahabat Nabi) bertanya : Apa dia itu ya Rasulullah ? Sabdanya : Witir antara shalat 'Isya hinggga terbit fajar.
    Diriwayatkan dia oleh "Lima" kecuali Nasa'i dan disahkan dia oleh Hakim.
____________________






Sumber :

Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)