Al THAHARAH ~ Semesta Bertasbih, mengagungkan Asma Allah SWT


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wasahlan Bikhudurikum

Photo Cube Generator

Minggu, 29 April 2012

THAHARAH

THAHARAH

( Rabu, 06 Juni 2012 )                                                                                    


من أبي هريرة. قال: لقد قيل عن رسول الله في البحر؛ "(البحر) وهذا يعني تنظيف، والذبيحة حلالا
          صدر له من قبل "اربعة"، وابن أبي  و أنه بالنسبة له، وانه وافق عليه ابن خزيمة والترمذي، (وهو الذي رواه مالك والشافعي وأحمد).
  1.       Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw di tentang laut; " (Laut ) itu artinya pembersih; bangkainya halal".
                Dikeluarkan dia oleh "Empat" dan Ibnu Abi Syaibah : dan lafazh itu baginya, dan disahkan dia oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi ; (dan diriwayatkan dia oleh Malik dan Syafi'i dan Ahmad).

KETERANGAN :
      I.     Hadits tersebut, diriwayatkan oleh beberapa banyak ahli Hadits dengan berlainan lafazh, tetapi bersamaan maksud lafazh yang tersebut itu adalah menurut riwayat Ibnu Abi Syaibah.
        II.     Tirmidzi ada yang diriwayatkan bahwa Bukhari pun mengesahkan Hadits itu.
من أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قيل للنبي محمد. "المياه حقا هو المطهر الذي لا يمكن مدنس لها من قبل أي شخص".
           أصدر في "ثلاثة"، ومرت عليه من قبل أحمد.
2.     Dari Abi Sa'id al-khudri Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW. "Sesungguhnya air itu pembersih yang tidak bisa dinajiskan  dia oleh siapapun".
                 Dikeluarkan dia oleh "Tiga", dan disahkan dia oleh Ahmad.

                                              من أبي الباهلي. قال:رسول الله قد قال: "حقا، لا يمكن للمياه أن مدنس لها من قبل أي شيء، ما عدا الاشياء التي تغير رائحة وطعم ولون أصدر ابن ماجه، وأضعف من قبل أبو حاتم.    ".            
 3.      Dari Abi Umamah al-Bahili. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : "Sesungguhnya air itu tidak bisa dinajiskan dia oleh apapun, kecuali barang yang mengubah baunya dan rasanya dan warnanya".
         Dikeluarkan dia oleh Ibnu majah, dan dilemahkan oleh Abu Hatim.

                 والبيهقي: مكيفات الهواء ما لم تو تغيير رائحة   أو طعم أو لون التي تمتلكها نجس بالنسبة له
. 4.     Dan bagi Baihaqi : Air itu pembersih kecuali jika berubah baunya atau rasanya atau warnanya dengan sebab kemasukan najis padanya.

KETERANGAN :

     I.      Menurut Qur'an ayat ke 11,  dari al-Anfal dan ayat ke 48 dari al-Furqan, bahwa air hujan itu bersih.
     II.       Tirmidzi berkata : Hadits kedua itu Hasan; dan dishahkan oleh Ibnu Ma'in dan Hazm dan hakim.
    III.      Hadits ke 2 mutlaq atau tidak berbatas, yakni, air pembersih yang dalam satu bejana, umpamanya, tidak bisa jadi najis walaupun dicampur dengan sebanyak-banyak kencing atau tahi, umpamanya. Yang demikian ini tidak bisa jadi, bahkan perlu ada pembatasnya.
              Hadits ke 3 dan ke 4 dapat dijadikan pembatasnya, walau pun demikian lemah, karena Hadits yang lemah bisa dipakai buat membatas arti yang sangat perlu kepada pembatasan.
    IV.      Perkataan KECUALI BARANG YANG MENGUBAH BAUNYA DAN RASANYA DAN WARNANYA di Hadits yang ke 3 itu maksudnya sama dengan Hadits yang ke 4, yaitu KECUALI BARANG YANG MENGUBAH BAUNYA ATAU RASANYA ATAU WARNANYA, yakni kalimat dan itu dengan arti atau.
      V.        Kalimat PEMBERSIH didalam Hadits ke 1, 2, 4, itu ialah air yang boleh digunakan buat wudlu', buat mandi janabah buat menghilangkan najis.

عن ابن عمر عبد الله بن وقال: قال رسول الله صلى الله. : أين هو الماء، فإنه ليس من أنه يحتوي على شوائب، وكلمة واحدة في؛. انه لا يصبح نجسا
          صدر له من قبل "اربعة" وانه يمر بها ابن خزيمة وابن حبان..
5.       Dari 'Abdullah bin Umar Ia berkata : Bersabda Rasulullah saw. ; Apabila adalah air itu dua qulah, tidaklah ia mengandung kotoran; dan di satu lafazh;. . . . . . . . . tidak ia jadi najis.
         Dikeluarkan dia oleh "Empat" dan di sahkan dia oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.

KETERANGAN :
       I.      Air dua qullah itu menurut mahzab Syafi'i, ialah air yang memenuhi satu tempat yang lebarnya, panjangnya dan dalamnya, masing-masing satu seperempat hasta.
      II.     Tidak satupun Hadits yang menetapkan ukuran dua qullah dengan satu seperrempat hasta seperti yang tersebut itu atau lainnya.
     III.      Maksud Hadits ini, bahwa air dua qullah itu tidak akan jadi kotor atau jadi najis lantaran termasuk atau dimasukkan padanya barang yang najis.
    IV.     Hadits dua qullah ini, walaupun ada yang mengesahkannya seperti tersebut, tetapi lebih banyak dari imam-imam terkemuka melemahkannya, lantaran sanadya mudl-tharib dan lantaran matanya pun mudl-tharib, dan lantaran mauqufnya, yakni dari Ibnu Umar sendiri, bukan dari Nabi saw.

  من أبي هريرة، قال: رسول الله وقال: دعونا لا احد منكم الاستحمام في المياه في الراحة، وهو جنب .
  صدر له من قبل مسلم.
 6.          Dari Abi Hurairah, Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Janganlah seorang dari pada kamu mandi di air yang diam, padahal ia sedang berjunub.
 Dikeluarkan dia oleh Muslim.

  وبالنسبة لأولئك من البخاري: لا واحد منكم لا يزال التبول في الماء لم يعد يتدفق، ثم كانت له الاستحمام.
 7.       Dan bagi Bukhari : Janganlah seseorang dari pada kamu kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian ia mandi padanya.

  وبالنسبة للمسلمين: (في وقت لاحق في حوض الاستحمام) منه: وأبو داود: والسماح له بالاستحمام نصبت لها.
 8.         Dan bagi Muslim : . . . . . . . . (kemudian ia mandi ) dari padanya : dan bagi Abu Dawud :. . . . . . . . . dan janganlah ia mandi janabat padanya.

KETERANGAN :
          I.    Hadits yang ke 6 melarangseorang yang berjunub mandi di air yang tidak mengalir ; Hadits ke 7 melarang seseorang kencing di air yang tidak mengalir lalu mandi di dalamnya ; Hadits ke 8 juga, menurut riwayat Abi Dawud, melarang seseorang mandi janabat di dalam air yang dikencingi itu.

RINGKASANNYA :
           a.     Dilarang mandi janabat di dalam air diam yang telah dikencingi dan yang tidak dikencingi.
           b.     Dilarang kencing di air yang diam.
         c.    Dilarang mandi janabat atau lainnya dengan air diam yang dikencingi walaupun diceduk    daripadanya.

         II.      Menurut Hadits yang pertama sampai yang ke 4 air itu tidak dapat dinajiskan dengan apapun kecuali dengan sesuatu najis yang mengubah baunya, rasanya atau warnanya.

          III.      Menurut Hadits ke 9 dan ke 11,air sisa wudlu' dan sisa mandi janabat tidak najis dan tidak kotor, bahkan boleh dipakai buat wudlu' dan mandi. Dari itu air-air yang tersebut didalam Hadits-hadits yang ke 6, ke 7 dan ke 8 tidak najis dan tidak kotor selama tidak berubah baunya, rasanya dan warnanya.

          IV.       Tetapi, oleh sebab Rasulullah saw. larang kita yang berjunub mandi di dalam air yang tidak mengalir, dan larang kita kencing di dalam air yang tidak mengalir, dan larang kita mandi dalam air diam yang telah dikencingi, dan larang kita ambil atau ciduk air yang dikencingi itu untuk digunakan mandi, maka janganlah kita larangan-larangan itu.

الشخص: لقد أصبح من أصحاب النبي عليه الصلاة والسلام. قال: رسول الله نهى عن الاستحمام الإناث (الماء) ما تبقى من الرجال، أو الرجال (حمام) مع (الماء) ولكن اسمحوا بقية النساء على حد سواء منكمشة على حد سواء.
أصدر رواه أبو داود والنسائي، والإسناد صحيح.
9.       Dari seseorang : yang telah jadi Sahabat Nabi saw. Ia berkata : Rasulullah saw larang perempuan mandi dengan (air) sisa laki-laki, atau laki-laki (mandi) dengan (air) sisa perempuan tetapi hendaklah kedua-duanya sama-sama menceduk.
Dikeluarkan dia oleh Abu Dawud dan Nasa'i ; dan isnadnya shahih.

عن ابن عباس أن النبي كان حمام (ماء) بقية ميمونة (حمام).
صدر له من قبل مسلم.
10.       Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw pernah mandi dengan (air) sisa Maimunah (mandi).
Dikeluarkan dia oleh Muslim.

ومؤلف كتاب السنن (أي التاريخ): واحدة من زوجات النبي في مكان واحد في حمام ماء، وبعد ذلك جاءت من حمام (ماء)، ثم قال: الماء حقا ليس الجنب.
و مرت عليه من قبل الترمذي وابن خزيمة.
11.       Dan bagi pengarang Sunan 1) (ada riwayat) : Seorang dari isteri-isteri Nabi saw mandi disatu tempat air, lalu ia 2)datang hendak mandi dari (air) itu, maka ia 3) berkata : Sesungguhnya air tidak bisa menjunubkan.
dan disahkan dia oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.

KETERANGAN :
          I.    Hadits ke 9 itu sungguhpun disahkan, tetapi tentang sahnya ada perselisihan antara ulama Hadits. Dari itu boleh dia alasan, terutama ia berlawanan dengan Hadits-hadits ke 10 dan ke 11 dan menegaskan bahwa Rasulullah saw ada pernah mandi dengan air bekas isterinya mandi.
          II.    Air tidak bisa MENJUNUBKAN itu artinya : Air bekas orang mandi junub itu tidak bisa membikin orang lain berjunub.

Penjelasan Hadits ke 9 :
           I.    Dikatakan bahwa tentang sahnya ada perselisihan. Sebenarnya riwayat itu sudah sah dan dianggap tidak bertentangan apabila "larangan" dalam riwayat itu dipakai dengan makna "makruh" dalam hal kebersihan. (A.Q)

1)    Sunan    : Pengarang Sunan maksudnya ahli-ahli Hadits yang mempunyai kitab Hadits dengan nama SUNAN Baihaqi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abi Dawud, Sunan Nasa-ie, Sunan Daraquthny, Sunan Darimy (A.Q)
2)     Ia    : Ia Nabi saw.    3)   Ia   : Seorang dari isteri-isteri Nabi saw.

من أبي هريرة. قال: رسول الله قد قال: تنظيف السفينة شخص من أنت، إذا كان (الماء) يمسح من قبل الكلب، غير أنها كانت غسيل لها سبع مرات، الأولى (مختلط) على سطح الأرض.
صدر له من قبل مسلم، واحد يقول له: دعه إلقاءه، والترمذي: نهاية أو أول (مختلط) مع التربة
12.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Bersihnya bijana seseorang daripada kamu, apabila (airnya) dijilat anjing, ialah bahwa ia cuci dia tujuh kali, yang pertamanya (dicampur) dengan tanah.
Dikeluarkan dia oleh Muslim, dan pada satu lafazh baginya : hendaklah ia buang dia 1) ; dan bagi Tirmidzi : yang akhirnya atau yang auwalnya (dicampur) dengan tanah.

KETERANGAN :
        I.    Ringkasnya, apabila anjing menjilat air didalam bijana kita, hendaklah kita buang airnya dan kita cuci bijana itu 7 kali, yang pertamanya atau yang akhirnya dicampur tanah : tetapi riwayat campur tanah di kali yang pertama, lebih kuat.
        II.    Di dalam Hadits itu Rasulullah saw, sebut "walagha", artinya : menjilat air, yakni minum dengan menjilat seperti kucing, anjing, harimau, serigala dan sebangsanya ; dan tidak dipakai "walagha" jika tidak di air atau barang cair.
        Dari itu, tidak ada kewajiban mencuci barang-barang kering yang dijilat oleh anjing, karena jilat di barang-barang kering, di dalam bahasa Arab disebut "jahatsa", bukan "walagha".
        III.    Kalau anjing menjilat barang-barang pekat (kental) dan makanan, maka hendaklah kita buang bekas jilatan itu.

من أبي قتادة هوذا النبي، وقد قال عن القط، وأنه نظيف، وأنه فقط جزئيا المخلوقات التي تحيط بك.
إزالة من قبل "اربعة" ومرت عليه من قبل الترمذي وابن خزيمة
13.    Dari Abi Qatadah : Bahwasanya Rasulullah saw, telah bersabda tentang kucing ; bahwasanya ia tidak najis ; hanya ia sebahagian makhluk-makhluk yang mengeliling kamu.
Dikeluarkan dia oleh "empat" dan disahkan dia oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.

عن مالك بن أنس. وقال: إنه قد حان الجبال شخص العربي، ومن ثم التبول في زوايا المسجد، ثم وبخ له الناس مشغول، ولكن الرسول الكريم. سمح لهم: ولكن عندما انتهى تبول، وأمر النبي (الناس) واتخاذ دلو ومن ثم صب الماء (بول) عليه.
وافق آلائه.
14.    Dari Anas bin Malik. Ia berkata : Telah datang sesorang Arab gunung, lalu kencing di satu penjuru masjid, maka orang ramai meneking dia, tetapi Nabi saw. larang mereka : maka tatkala selesai ia kencing, Nabi saw suruh (orang) ambil setimba air lantas curahkan atas (kencing) itu.
Muttafaq 'alaih.

ابن عمر، قال: رسول الله قد قال: إنه يجوز لنا على حد سواء القتلى واثنين من الدم. الذبيحة هي على حد سواء مخطط والأسماك، وأما الدم اللذين هو القلب والقلب.
صدر له من قبل أحمد وابن ماجه، وهناك عيوب لذلك.
15.    Dari Ibnu Umar, Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Telah dihalalkan untuk kita berdua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai itu ialah belang dan ikan ; dan adapun dua darah itu ialah hati dan jantung.
Dikeluarkan dia oleh Ahmad dan Ibnu Majah ; dan padanya ada kelemahan.

KETERANGAN :
        I.    Hadits ke 15 ini ada kelemahan didalam sanadnya. Lantaran itu, tidak boleh dipakai buat jadi alasan ;
        II.    Diantara ikan-ikan ada yang mempunyai darah yang mengalir kalau dilukai atau disembelih, dan ada yang tidak ; dua macam ikan itu halal bangkainya dengan alasan Hadits ke 1, dan dengan alasan riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah saw. turut makan ikan besar yang telah didapati oleh shahabat-shahabat ditepi laut di dalam keadaan sudah mati.
        III.    Benda-benda makanan yang diharamkan kepada kita, menurut Qur'an al-Maidah 3 ; al- Baqarah 173 ; an-Nahl 115 ; al-An'am 145 ; hanya empat : bangkai, darah, babi dan suatu yang disembelih bukan karena Allah. selain dari itu, semuanya halal dimakan.
semua binatang-binatang, selain babi dan yang disembelih bukan karena Allah halal dimakan.
        IV.    Di antara binatang-binatang ada yang berdarah mengalir, dan ada yang tidak, seperti belalang, kodok, dan yang seumpama.
        Kita sudah tahu, bahwa binatang-binatang yang berdarah mengalir itu, perlu disembelih. Adapun binatang-binatang yang tidak berdarah mengalir, tidak terdapat keterangan wajib disembelih atau pernah disembelih oleh Nabi saw., shahabatnya, atau lainnya.
        Selain dari kita sama-sama maklum, bahwa Rasulullah saw adalah memakan daging yang dibakar atau dimasak ; demikian juga buah-buah. Kita maklum pula bahwa pada umumnya daging-daging dan buah-buah ada mengandung kutu-kutu, hama-hama atau binatang -binatang kecil yang tidak bisa dilihat melainkan dengan teropong pembesar, dan diantara hama-hama itu tentu ada yang telah mati lantaran kena cahaya matahari, api atau air panas ; ini berarti Rasulullah saw. ada memakan bangkai-bangkai dan memakan binatang-binatang dengan tidak disembelih.
        Apabila bangkai ikan yang sebahagiannya ada mempunyai darah, yang mengalir dbolehkan memakannya dengan tidak disembelih, maka lebih utama lain-lain binatang yang tidak berdarah mengalir.
        Dari itu semua, tidak ada alasan buat melarang kita memakan bangkai-bangkai binatang yang tidak mempunyai darah mengalir.
        Bisa jadi ada orang berkata bahwa Rasulullah saw makan hama-hama itu lantaran tidak melihat dan tidak tahu. Kita jawab, bahwa sangat bisa Rasulullah saw., tahu demikian dengan wahyu dari Allah yang menjadikannya, dan tidak ragu-ragu, bahwa Allah tahu adanya hama-hama di dalam benda-benda yang dimakan oleh Rasulullah saw., tetapi Ia tidak mengharamkannya.
        Dari sekalian itu, bisa kita ambil keputusan, bahwa bangkai yang diharamkan didalam ayat Qur'an itu, ialah bangkai binatang-binatang yang mempunyai darah mengalir.

من أبي هريرة. قال: رسول الله قد قال. : إذا شملت، بما في ذلك حظر الطيران في الشراب لشخص من أنت، واسمحوا له الغوص لها، ثم انها رمي له، لأنه في أحد جناحيه لا توجد مقدمي العروض وغيرها من الأمراض.
أصدر البخاري وأبو داود، ويضيف قائلا: والواقع أنه حفظ نفسه مع جناحيه تحت تصرفه هذا المرض.
16.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila termasuk termasuk lalat di dalam minuman seseorang daripada kamu, maka hendaklah ia selamkam dia, kemudian ia buang dia, karena disalah satu sayapnya ada penyakit dan dilainnya ada penawar.
Dikeluarkan dia oleh Bukhari dan Abu Dawud, dan ia tambah : dan sesungguhnya ia menjaga diri dengan sayapnya yang ada padanya penyakit.

KETERANGAN :
        I.    Lalat yang jatuh di air, menjaga diri dengan mendayungkan sayapnya yang beracun.
        II.    Ada yang berkata : Dokter-dokter sudah periksa dua-dua sayapnya tetapi tidak terdapat racun dan tidak penawar.

Kita jawab :
        Paling tajam teropong pembesar yang ada sekarang ialah 1 :1.000.000, yakni dengan teropong hama, sesuatu benda bisa dibesarkan penglihatan semiliun kali ; dan tidak mustahil akan ada nanti teropong yang tajamnya beberapa kali dari yang sudah ada ; dan tidak mustahil manusia akan dapatkan lain-lain alat yang bisa membuktikan Hadits itu.

        Dahulu,  kita idak dapat memikirkan mengapa bekas jilatan anjing  di air itu diperintah kita mencucinya tujuh kali yang salah satunya dengan air tanah, tetapi sekarang orang-orang sudah dapat tahu adanya hama-hama di air liur anjing.

        Kita tidak boleh bersombong dengan alat-alat dan perabot-perabot yang ada masa ini ; kita perlu ingat, bahwa dibeberapa tahun yang lalu, sebagian daripadanya belum ada.

من الفتوة العيتي أبي. وقال: إن النبي قد قال: وهناك قطع من الحيوان، وعندما كان على قيد الحياة، كان قد فارق الحياة.
أصدر رواه أبو داود والترمذي، وقال انه يترجم لها ولكنهم يقولون انه بالنسبة له
17.    Dari Abi waqid al-laitsi. Ia berkata : Telah bersabda Nabi saw : Suatu yang dipotong dari binatang, padahal ia masih hidup, maka ia itu bangkai.
Dikeluarkan dia oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia hasankan dia tetapi lafazh itu baginya.

KETERANGAN :
        Sesuatu bahagian anggauta atau daging yang dipisahkan dari seekor binatang yang masih hidup itu dipandang sebagai bangkai.
--------------------------------------




Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)

    

0 komentar:

Posting Komentar