Al Sutrah bagi yang Shalat ~ Semesta Bertasbih, mengagungkan Asma Allah SWT


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wasahlan Bikhudurikum

Photo Cube Generator

Rabu, 06 Juni 2012

Sutrah bagi yang Shalat


Sutrah

Bagi Yang Shalat
(Selasa, 04 Juni 2012)



عَنْ اَبِيْ جُهَيْمِ بْنِ اْلحَارِثِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (لَوْ يَعْلَمُ اْلمَارُّ بَيْنَ يَديِ اْلمُصَلِّيْ مَاذَا عَلَيْهِ مِنَ اْلاِثْمِ لَكَنَ اَنْ يَقِفَ اَرْبَعِيْنَ خَيْرًا لَهٌ مِنْ اَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ) وَالَّلفْظُ لِلْبُخَارِيَّ وَوَقَقَعَ فِيْ اْلبَزَّارِ مِنْ وَجْهٍ اَخَرَ (اَرْبَعِيْنَ خَرِيْقً).
242.    Dari Abi Juhaim bin al-Harits. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : Jika orang yang melintas di hadapan orang yang shalat itu tahu dosa yang akan menimpa dia, niscaya ia berdiri empat puluh (hari) lebih baik baginya daripada ia melintas di hadapannya.
Muttafaq 'alaih ; tetapi lafazh itu bagi Bukhari, dan tersebut di dalam (kitab bagi) Bazzar dan lain jalan : empat puluh tahun.   

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سُئِلَ النَّبِيُّ ص-فِيْ غَزْوَةِ تَبُوْكٍ-عَنْ سُتْرَةِ اْلمُصَلِّيْ. فَقَالَ (مِثْلُ مُؤَخِّرَةِ الرَّحْلِ).اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
243.    Dari 'Aisyah. Ia berkata : Nabi saw. ditanya, di dalam peperangan Tabuk, tentang sutrah bagi yang shalat, maka ia bersabda : seperti tiang di akhir kendaraan=> (tingginya kira-kira dua pertiga hasta).
Dikeluarkan dia oleh Muslim.  

عَنْ سَبْرَةَ بْنِ مَعْبَدٍ اْلجُهَنِيِّ قَالَ : قَال رَسُوْلُ اللهِ ص (لِيَسْتَتِرْ اَحَدُكُمْ فِيْ الصَّلَاةِ وَلَوْ بِسَهْمٍ). اَخْرَجَهُ اْلحَاكِمُ.
244.    Dari Sabrah bin Ma'ad al-Juhanni. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw., : hendaklah bersutrah seseorang daripada kamu di dalam shalat, walaupun dengan anak panah.
Dikeluarkan dia oleh Hakim.   

عَنْ اَبِيْ ذَرٍاْلغِفَرِيِّ قَالَ : قَال رَسُوْلُ اللهِ ص (يَقْطَعُ صَلَاَةَ الرَّجُلِ مُسْلِمِ-اِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِشْلُ مُؤَخَّرَةِ الرَحْلِ - اَلْمَرْأَةُ ، وَاْلحِمَارُ، وَاْلكَلْبُ اْلاَسْوَدُ- اَلْحَدِيْثِ) وَفِيْهِ (اَلْكَلْبُ اْلاَ سْوَدُ شيْطَانٌ) اَخْرَجَهُ مُسْلِمِ.
245.    Dari Abi Dzarril-Ghifari. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Perempuan, kaldai, dan anjing hitam memutuskan shalat seseorang Muslim apabila di  hadapannya tidak ada sutrah seperti tiang di akhir kendaraan. Al-Hadits, dan di situ ada (tersebut bahwa) anjing itu syaithan.
Dikeluarkan dia oleh Muslim.   

وَلَهُ عَنْ ابِيْ هُرَيْرَةَ نَخْوُهُ دُوْنَ اْلكَلْبِ.
246.    Dan baginya dari Abi Hurairah seperti itu (juga) tanpa (sebutan) anjing.   

وَلِاَبِيْ دَاوُدَ واالنَّسَائِيِّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ نَخْوُهُ، دُوْنَ اَخِرِهِ، وَقَيَّدَ اْلمَرْأَةَ بِاْلحَئِضِ.
247.    Dan bagi Abi Dawud dan Nasa'i dari Ibnu 'Abbas, seperti itu dan Nasa'i dari Ibnu 'Abbas, seperti itu (juga, tetapi) tanpa perkataan yang diakhirnya dan perempuan itu ia khususkan dengan perempuan yang sedang haid.
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيَّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص (اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمْ اِلَى سَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنَ النَّسِ، فَاَرَادَ اَحَدٌ اَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْ فَعْهُ، فَاِنْ اَبَى فَلْيُقَا تِلْهُ، فَاِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَفِيْ رِوَايَةٍ (فَاِنَّ مَعَهُ اْلقَرِيْنَ
248.    Dari Abi Sa'id al-Khudri. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila seseorang daripada kamu shalat (menghadap) sesuatu yang menutup dia dari manusia, lalu ada seorang hendak melintas di hadapannya, maka hendaklah ia tolak dia ; jika ia enggan, hendaklah ia perangi dia, karena ia itu tidak lain melainkan syaithan.
Muttafaq 'alaih, dan (tersebut) pada satu riwayat : Karena sesungguhnya bersama dia ada penyertanya=> (Syaithan).

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص قَالَ (اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ سَيْئًا، فَاِنْ لَمْ يَكُنْ فَلْيَحُطَّ، ثُمَّ لَيَضُرُّهُ مَنْ مَرَّبَيْنَ يَدَيْهِ) اَخْرَجَهُ اَحْمدُ وَابْنُ مَاجَهْ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ، وَلَمْ يُصِبْ مَنْ زَعَمَ اَنَّهُ مُضْطَرِبٌ بَلْ هُوَ حَسَنٌ
249.    Dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda : Apabila seseorang dari pada kamu shalat. maka hendaklah ia taroh di hadapannya sesuatu : maka jika ia tidak dapat hendaklah ia cacakkan tongkat. Jika tidak ada, hendaklah ia menggaris satu garisan, kemudian (dari itu) tidak akan merusak (shalat)nya siapa-siapa yang melintas di hadapannya.
Dikeluarkan dia oleh Ahmad dan Ibnu Majah, dan disahkan dia oleh Ibnu Hibban dan tidak benar orang yang mengatakan Hadits itu Mudl-tharib, bahkan (Hadits) itu hasan=> (Dan disahkan oleh Ahmad dan Ibnul Madini).

 
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص (لَايَعْطَعُ الصَّلَاةَ سَيْءٌ، وَادْرَأُوْا مَااسْتَطَعْتُمْ)اَخْرَجَهُ اَبُوْ دَاوُدَ، وَفِيْ سَنَدِهِ ضَعْفٌ
250.    Dari Abi Sa'id al-Khudri. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Tidak membatalkan shalat (melintasnya) sesuatu, tetapi tolaklah (pelintas) seberapa kamu bisa.
Dikeluarkan dia oleh Abi Dawud, tetapi di sanadnya ada kelemahan.


KETERANGAN :
        I.    Difaham dari Hadits-hadits sutrah yang tersebut di sini dan lainnya, bahwa sutrah itu wajib ada di hadapan imam dan munfarid orang yang bershalat di tempat terbuka, yakni bukan di masjid kalau di masjid, maka mihrab atau tembok atau tiang bisa di anggap sebagai sutrah. Makmum di shaf pertama tidak perlu bersutrah, karena imam itu jadi sutrah baginya.
        Makmum di shaf yang kedua tidak perlu kepada sutrah, karena shaf pertama itu jadi sutrah bagi shaf yang kedua. Demikian juga shaf yang kedua jadi sutrah bagi shaf yang ketiga, begitulah seterusnya.
        Orang yang shalat di masjid tidak mihrab, tidak menghadap tembok atau tiang, perlu adakan sutrah.
        Di masjid yang sudah diatur shaf-shaf dengan diberi tanda, rasanya tidak perlu ada sutrah.

        II.    Sutrah itu sebaik-baiknya setinggi dua pertiga hasta. Apa saja tanda, walaupun tidak setinggi itu, boleh dijadikan sutrah.

        III.    Tempat meletakkan sutrah itu ialah dekat tempat sujud kita yakni jangan ada kosongan yang bisa dilalui orang antara sutrah dan tempat sujud kita.

        IV.    Seseorang yang telah pakai sutrah, jika ada yang lewat di dalam batas sutrahnya, hendaklah ia tolak dia, bahkan boleh ia perangi dia kalau ia melawan.

        V.    Haram melewati di hadapan orang yang bersutrah di dalam batas sutrah.

        VI.    Jika seseorang tidak pakai sutrah maka batal shalatnya dengan dilewati di hadapannya oleh perempuan, himar, atau anjing hitam; tidak batal jika dilewati oleh lain dari yang tersebut.


       VII.    Orang yang tidak pakai sutrah, tidak ada hak menolak apa-apa yang lewat di hadapannya dengan keras.
____________________




Sumber :
Tarjamah BULUGHUL MARAAM (A.HASSAN)

0 komentar:

Posting Komentar